KARSANI PAHLAWAN PEMBERANI

Kamis, Desember 28, 2023

Karsani Pahlawan Pemberani

Oleh : Yusuf Ridho Hafidhu

 

Di suatu daerah di kota Jogja hiduplah seorang pemuda yang bernama Karsani. Dipagi yang indah Karsani sedang berjalan-jalan disebuah pasar, Karsani tak hanya sedang berjalan-jalan tetapi ia juga sedang mencuri sayur-sayuran dan makanan-makanan lainnya. Dan karsani berjalan menuju kesebuah toko milik orang cina, sesampainya ditoko tersebut Karsani melihat-lihat situasi (menengok kanan dan kiri), dan setelah dirasa aman karsanipun mengambil beberapa butir gula batu yang dijual orang cina tersebut tetapi duarrr. Toko milik orang cina tersebut seketika meledak terkena bom dari pesawat tempur belanda, karsani yang sedang mengambil gula batupun terpental lalu tergeletak ditanah dengan kondisi badan yang penuh debu dan toko milik orang cina itupun hancur terbakar.



Ternyata bom dari pesawat itu tidak hanya menyerang daerah pasar tetapi juga menyerang bandara, dan bom itu mengenai semua pesawat yang berada dibandara. Tak hanya itu ternyata pesawat belanda juga menurunkan pasukan penerjun payumg langsung kebandara, dan saat itu juga terjadi perperangan adu tembak dari tentara belanda untuk memperebutkan kawasan bandara tersebut. Tak lama kemudian setelah karsani terkena ledakan dan terbanting, karsanipun sadar dan membuka matanya.

Di lain tempat terdapat Jendral Sudirman sedang berpamitan dengan anak-anaknya dan istri Jendral Sudirman memanggil Hanum (adik dari jendral sudirman) untuk menaruh barang bawaan Jendral Sudirman ke koper, setelah itu Jendral Sudirman berpamitan dengan istrinya dan memberi pesan agar istri dan anak-anaknya mengungsi.

ngatos-ngatos mas mugi tansah dipunparingi slamet”, Kata istri Jenderal Sudirman. Di saat itu juga jendral sudirman mengelus perut istrinya yang sedang hamil. Dan setelah karsani sadar ia lalu berjalan-jalan entah kemana dengan pikiran yang masih belum sadar dan bingung, ia melihat ke kanan ke kiri berfikir tidak mungkin tiba-tiba terjadi seperti ini.

Di lain tempat terlihat Hatta yang terlambat datang karena serangan udara, dan terdapat Ir.soekarno yang sedari tadi menunggu Hatta. Beberapa menit kemudian datang juga Jendral Sudirman dan disambut oleh Ir.soekarno, dan Ir.soekarno memberi tahu kepada Jendral sudirman jika tidak terjadi apa-apa dan menyuruh jendral sudirman pulang.

“Sebentar lagi aka nada sidang kabinet”. Kata Presiden Soekarno.

“Baik saya akan menunggu disini untuk menunggu hasil sidang kabinet” Jawab Jenderal Sudirman.

Mereka berdua pun saling bertatapan, Ir.soekarno pun menjawab “baiklah” dan pergi. Jendral sudirman pun menunggu diluar.

Tak lama setelah itu terdapat pengumumuman lewat radio yang menyebutkan 1. Kita telah diserang 2. Pada tanggal 19 november 1948 angkatan perang Belanda menyerang kota Jogjakarta dan dilapangan terbang maguwo 3. Pemerintah belanda telah menjalankan persetujuan genjatan senjata 4. Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi serangan Belanda. Tertanda panglima besar angkatan perang republik Indonesia jendral Sudirman.

Setelah itu terlihat Karsani masih dengan keadan bingung dan berjalan kedekat korban yang terkena serangan bom.

Sak ne yo”, Kata Karsani prihatin

Tenyata dibelakang Karsani ada mobil Belanda dan Karsani pun terkejut, salah satu komandan menodong Karsani dengan pistol agar Karsani minggir dan tidak menghalangi jalan mobil tersebut. Beberapa detik setelah mobil berjalan Karsani mengambil batu.

“Kurang ajar” Ujar Karsani emosi. Kemudian ia pun berlari untuk melempar batu tersebut ke mobil Belanda.

 “Nyo rasakno” teriak Karsani. Mobil Belanda tersebut pun berhenti dan salah satu pasukan Belanda ingin menembak Karsani lalu dihentikan oleh komandannya.

“Ngopo?”. Tanya Karsani menantang.

Di tempat sidang kabinet terdapat jendral Sudirman yang sedang didatangi Ir.soekarno dan Hatta.

“Bagaimana bapak Presiden saya menunggu perintah”, tanya Jenderal Sudirman.

 “Hasil sidang kabinet telah sepakat dalam keadaan darurat akan menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada mister Syafirudin Prawiranegara di Sumatra dan penjabat kita di Hindia sebagai pemerintah darurat jika Sumatra juga jatuh” . jawab Ir.soekarno menjelaskan.

Ir.soekarno pun menawarkan agar jendral sudirman tetap bersamanya.

“Tidak-tidak saya ini tentara”. Jawab Sudirman menolak. Sang Jenderal pun mengajak Presiden agar ikut bergerilya seperti rencana. Kemudian terjadilah adu mulut antara Sang Jenderal dan Sang Presiden. Akhirnya Jendral Sudirman meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun.

Di tempat Karsani berjalan banyak tentara Indonesia dengan kendaraan tergesa-gesa.

ki arep do nengdi yo”, tanya Karsani penasaran. Di saat itu juga jendral sudirman lewat.

 “Mau kemana” tanya Karsani kepada salah satu rekannya,

“kita mau bergerilya” Jawab teman tentara dan mengajak Karsani untuk ikut. Karsani pun terdiam. Tak lama kemudian mobil dan rombongan Jendral Sudirman telah sampai di sebuah desa, rombongan jendral Sudirman melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kemudian datanglah kepala desa, dan menyalami Jendral Sudirman. Beberapa waktu kemudian jendral sudirman mendapat kabar bahwa presiden ditangkap oleh Belanda. Setelah tertangkapnya Ir.Soekarno pemerintah Belanda masih belum puas dan marah-marah karena jendral Sudirman belum tertangkap.

Di malam hari Jendral Sudirman dan para pasukannya disambut oleh warga desa dibalai desa. Setelah sambutan dari warga desa tersebut jendral sudirman berterimakasih kepada warga karena telah menerimanya dan para pasukannya dengan baik. Setelah disambut, pasukan Jendral Sudirman membawakan tenda ke tempat balai desa.

“Noly tandu ini untuk siapa?”, tanya Jenderal Sudirman kepada Noly.

“Tandu itu untuk jendral, ya masak untuk saya.”, Jawab Noly tertawa ringan. Sang jendral pun tidak mau jika diperlakukan seperti layaknya raja. Noly pun menjelaskan bahwa tandu itu bukan untuk seoranng raja melainkan untuk orang sakit dikarenakan jendral sudirman sakit parah, jadi harus dibawa dengan menggunakan tandu.

*****

Keesokan harinya Jendral Sudirman dan para pasukannya melanjutkan perjalanan dengan Jendral Sudirman yang dibopong menggunakan tandu agar tidak kelelahan dan setelah perjalan yang cukup panjang, Jendral Sudirman dan pasukannya pun telah sampai di daerah pesisir Jogjakarta, hari mulai larut Jendral Sudirman dan pasukannya memutuskan untuk beristirahat disebuah Goa yang terletak di pinggir pantai.

Di saat semua pasukan sedang beristirahat, ada salah satu pasukan yang masih terjaga untuk mengawasi sekitar Goa. Tak lama kemudian terdengar suara suara aneh dan pasukan yang sedang mengawasi itu membangunkan temannya tetapi temannya tidak mau bangun.

Pasukan pun bersiap dan mengokang senjatanya, kemudian bersiap-siap.

“Siapa?” tanya salah satu pasukan dengan suara yang pelan dan ketakutan.

Karsani menjawab,

“Aku mas” Jawab Karsani yang tiba-tiba keluar dari semak-semak dibawah gelapnya malam.

“Mata-mata” teriak salah seorang prajurit kaget. Karsani yang dilanda ketakutan karena semua prajurit bangun dan langsung mengarah senapannya kepadanya. lalu prajurit yang berjaga tadi menyuruh Karsani untuk mengangkat kedua tangannya. Ternyata salah seorang prajurit tersebut mengenali Karsani.

“Iyo mas, aku mau wes nang Bantul, jebul pasukan wes teko kene to mas.” Karsani menjelaskan.

“Lha terus opo maksudmu menyelinap seperti ini? HEE!!”, tanya salah seorang prajurit kepada Karsani dengan sedikit candaan.

“Yo aku wedi bangunke konco-konco mas, dadi aku yo alon-alon wae”, jawab Karsani.

“Jadi semuanya tidur.”, Sahut Jenderal Sudirman memotong pembicaraan prajuritnya dan menyuruh pasukan agar tidak mengulangi kembali.

“Jenengan niku sinten?”, Tanya Jenderal Sudirman kepada Karsani.

“Siap jendral, kulo Karsani.”,  Jawab Karsani dengan lantang dan sedikit gugup.

“Surup-surup kok enten mriki?”, Tanya Jendral Sudirman lagi.

“Kulo pengen melu perang Jendral.”, jawab Karsani.

Lalu Jendral Sudirman bertanya lagi, “Jenengan sampun nate dherek perang.”

“Dhereng, dhereng Jendral dhereng.”, jawab Karsani.

“Kemampuan kamu apa?”, tanya Sang Jendral.

 Karsani pun terdiam berpikir, “Nek mau ikut perang itu ya harus punya kemampuan militer.”, celetuk prajurit yang mengenal Karsani.

“Karsani, kamu mau cape, mau kedinginan, sakit, bahkan mati Karsani? Siap kamu?”, Tanya Jendral Sudirman.

“Siap Jendral.”,  Jawab Karsani tegas.

“Bagus, bagus kalau kamu punya tekat.”.  Puji Jenderal Sudirman kepada Karsani. Setelah bertanya, Jendral Sudirman pun kembali beristirahat.

“Rene le.”, kata prajurit yang berjaga tadi.

”Ki aku gowo telo, gowo telo.”, Kata Karsani.

“Telo...?”, Tanya seorang prajurit di susul dengan jawaban, “Yo.”, dari Karsani.

Di tempat lain ada seseorang yang sedang menunggu dan tiba-tiba datang seorang prajurit dan mengambil barang dari orang tersebut, lalu ia pergi. Keesokan harinya di luar Goa di sungai yang sedang surut para pasukan sedang bersih-bersih sambil berbincang-bincang, beberapa detik kemudian tiba-tiba terdengar pesawat Belanda dan semua pasukan langsung mundur bersembunyi di Goa.

“Keadaan sudah aman.”, ucap Noly.

“Jendral.... jendral......”, Noly menanyakan keadaan Jendral.

“Jendral aman, Noly.”, kata seorang pasukan.

Hari menjelang malam, matahari mulai tenggelam, Jendral sedang membuka bungkusan bekal dari istrinya, lalu Jendral terdiam dan menatap lurus. Noly pun datang dan Jendral memberikan bungkusan kepada Noly.

 “Noly, ini ada bekal dari ibu untuk perjalanan kita.”, Kata Jenderal Sudirman.

“Siap....“, Noly menjawab sembari menerima bekal tersebut. Setelah menempuh perjalanan yang jauh lagi melewati hutan belantara. Sampailah Jendral di sebuah desa. Jendral dan dua orang tangan kanannya membicarakan beberapa hal di salah satu rumah warga, lalu Jendral memutuskan untuk singgah semalam di desa tersebut dan Jendral pun tidak lupa untuk meminta izin ke salah satu warga untuk menginap di situ dan Jendral juga membahas akan merapat ke pos kolonel Sungkono setelah ini.

Sampai saat ini petinggi Belanda masih marah karena Jendral belum berhasil ditemukan, dan saat berada di markas Belanda ternyata ada mata-mata yang menyampaikan informasi tentang Jendral. Tapi sayangnya setelah orang itu menyampaikan informasinya, delman mata-mata tersebut telah dicuri oleh Karsani. Dan di tempat persembunyian Jendral Sudirman, prajurit sedang beristirahat dan mendapatkan suguhan dari warga desa, tak lama kemudian Karsani datang dengan membawa delman hasil curiannya tersebut dan memberitahukan kepada salah satu prajurit.  Setelah itu prajurit tersebut bertanya kepada Karsani, ia mencuri delman ini dari mana. Karsani pun menjawab jika ia mencuri dari markas Belanda yang berada di balik bukit dekat tempat persembunyian. Setelah mengetahuinya, prajurit tersebut langsung melapor kepada Noly, dan Noly pun langsung melapor ke Jendral bahwa markas Belanda ada di daerah yang sama, tanpa pikir panjang Jendral memberi perintah untuk bergerak sekarang, tak lama kemudian setelah Jendral dan pasukan bergerak, para pasukan Belanda datang menyerang desa yang tadinya menjadi tempat persembunyian Jendral.

Dikarenakan Belanda terlalu lama dan kalah cepat, Belanda pun kehilangan jejak lagi. Dari mulai malam dan disaat Jendral sedang melewati hutan, tiba-tiba mereka langsung dikepung oleh pasukan Batalyon 102. Di situ pun pasukan Batalyon 102 belum tau jika yang mereka hentikan adalah Jendral. Setelah mereka periksa, mereka baru sadar jika di dalam tandu tersebut ada Jendral dan setelah itu Jendral dan pasukannya diperbolehkan melewati daerah tersebut, setelah melanjutkan perjalanannya kembali, tak lama kemudian sampailah di sebuah rumah dan para pasukan Jendral langsung beristirahat untuk mengisi energinya kembali. Terlihat para prajurit yang sedamh beristirahat dengan pulas karena kelelahan.

Keesokan harinya terlihat tentara komunis yang tidak mau membayar makanan yang telah mereka makan di warung pinggir jalan milik ibu-ibu tua dan langsung pergi begitu saja, dan di saat itu juga Noly dan Karsani sedang berjalan-jalan dan melihat kejadian tersebut, karena mereka kasihan terhadap ibu-ibu tersebut. Noly pun membayarkan semua makanan yang tentara komunis tadi makan dan tak lupa Noly memberi pesan agar pedagang tersebut segera meninggalkan Kota Kediri dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Setelah itu Noly dan Karsani menuju ke toko kelontong di pinggir jalan yang akan tutup, tetapi Noly menahannya dan menjelaskan bahwa ia dan Karsani tidak seperti tentara komunis, setelah itu Noly membeli alat mandi dan kaos oblong.

“Siapakah tentara tersebut?”. Tanya Noly.

Penjual itu menjelaskan bahwa tentara tersebut adalah tentara komunis. Setelah itu Noly tak lupa memberi tau agar penjual itu segera mengungsi ketempat yang lebih aman.

Setelah itu Noly memerintah Karsani untuk mencari tau tentang komunis tersebut. Disaat Karsani mencari tau tentang tentara komunis tersebut, ternyata disuatu tempat sedang ada yang melakukan kampanye komunis. Sesampainya ditempat Jendral Sudirman Noly pun memberi tahu dan menjelaskan bahwa di Kediri sudah tidak aman lagi dan terdapat tentara komunis, dan Noly pun menyuruh agar jendral segera bersiap-siap dan malanjutkan perjalanan.

Malam harinya pun Jendral Sudirman dan para pasukannya melanjutkan perjalanan. Pada keesokan harinya Belanda mengerahkan pesawat tempurnya untuk megebom dan meratakan daerah Kediri. Disaat Jendral Sudirman dan Pasukannya sedang beristirahat mereka didatangi oleh pasukan tentara komunis yang sedang marah dan mencari Jendral Sudirman karena Kediri telah dibombardir oleh Belanda, tetapi Noly menjelaskan bahwa Jendral Sudirman tidak bersama rombongan pasukannya tersebut. Setelah itu tentara komunispun pergi.

Pemimpin pasukan Belanda pun marah hingga saat ini Jendral Sudirman belum ditemukan dan menyuruh pasukan yang berada di Kediri untuk menyusuri hutan agar bisa menemukan Jendral Sudirman. Terlihat di hutan pun pasukan Jendral Sudirman yang sedang membawa tandu masuk kedalam sebuah rumah kosong dan sesampainya didalam pasukan Jendral Sudirman meninggalkan tandu tersebut. Ternyata pasukan Jendral Sudirman sedang menipu pasukan belanda agar tidak dapat menemukan keberadaan Jendral Sudirman.

Di hutan terlihat Jendral Sudirman sedang mengirimkan sinyal lewat radio yang terhubung ke pasukan-pasukan diberbagai daerah dan sampai kemarkas belanda. Dan saat itu juga pemimpin belanda marah dan mengerahkan pesawat-pesawatnya agar menjatuhkan bom kesemua daerah yang berada di daerah dekat Kediri. Ketika pasukan Belanda melewati jalan di daerah hutan ternyata sudah ada pasukan Jendral Sudirman yang menunggu untuk menyerang dan disaat yang tepat pasukan Jendral Sudirman pun menyerang. Di tempat markas belanda yang berada dihutan terdapat noly yang sedang mengawasi markas belanda tersebut. Malam hari pun tiba, Noly dan beberapa prajurit menuangkan bensin ke pasukan senjata belanda lalu membakarnya. Pada saat itu juga pasukan belanda menyari Jendral Sudirman hingga ketengah hutan tetapi tidak menemukan apa-apa malah terjadi hujan pasukan Belanda pun terpukul mundur dan berhenti menyari Jendral Sudirman.

Keesokan harinya disaat Jendral Sudirman sedang melanjutkan perjalanan ada seorang warga memberi tau jika pasukan Belanda ada didekat daerah Jendral Sudirman. Ia pun menyuruh Noly untuk menjebak pasukan Belanda. Setelah menjebak belanda, pasukan Jendral Sudirman pun bermalam disalah satu rumah warga.keesokan harinya ada prajurit yang berlari menuju persembunyian dan melaporkan bahwa Belanda menuju kesini. Setelah itu pun pasukan dan Jendral Sudirman bergesa-gesa bersembunyi.

Tak lama kemudian pasukan Belanda pun datang dan langsung mengepung tempat itu kemudian mengumpulkan semua warga, setelah mengumpulkan semua warga Kapten pasukan Belanda bertanya sambil menodong kan pistolnya dan mengancam akan membunuh semuanya kalo tidak ada yang mau mengatakan dimana keberadaan Jendral Sudirman. Nampak seorang bapak-bapak yang ditanyai kapten tersebut lalu tidak mau menjawab dan akhirnya ditembak oleh si kapten.

Di lain tempat terlihat Jendral Sudirman yang sedang menaiki bukit bebatuan untuk melanjutkan perjalanannya, sesampainya diatas bukit terlihat Jendral Sudirman yang kelelahan dan batuk-batuk. Saat semuanya beristirahat ternyata ada beras dan koper milik Jendral sudirman yang tertinggal, Noly pun mengutus beberapa prajurit untuk mengambilnya. Ketika dua prajurit ingin kembali ke desa untuk mengambil beras ditengah jalan mereka bertemu dengan dua prajurit Belanda dan disaat itu juga semua berlari kembali ke pasukannya masing-masing, ternyata salah satu prajurit dari Indonesia menyadari bahwa pistolnya terjatuh lalu kembali untuk mengambilnya. Setelah menemukannya kemudian mengambilnya, disaat hendak berdiri ternyata sudah ada dua orang prajurit belanda tadi dan saaat itu juga tertembaklah tentara belanda itu dari belakang oleh teman prajurit tersebut. Setelah kejadian itu mereka berlari menuju keatas bukit lagi dan mereka menjelaskan bahwa mereka dihadang Belanda dan langsung menuju keatas bukit.

Dimalam harinya Karsani dan satu prajurit lainnya telah tiba di desa dan ingin mangambil koper milik Jendral Sudirman, Karsani dan prajurit terkejut mengapa tiba-tiba di desa menjadi sepi dan tidak ada orang sama sekali. Mereka memasuki rumah salah satu seorang warga, ternyata di dalam rumah ada sesosok perempuan yang sedang duduk disamping koper tenyata perempuan itu adalah anak dari bapak yang ditembak oleh kapten belanda.

Perempuan itu meberikan barang milik bapaknya yang telah meninggal kepada Karsani dan prajurit itu. Keesokan harinya Jendral Sudirman melanjutkan perjalanannya. Ternyata Belanda juga sudah bergerak untuk mencari Jendral Sudirman. Malam harinya Jendral Sudirman memberikan kesempatan untuk para prajuritnya agar pulang tetapi semua menolak karena semua prajurit akan menemani Jendral Sudirman hingga akhir hayatnya.

Jendral Sudirman dan pasukannya beristirahat disebuah rumah dan disitu Jendral Sudirman bernyanyi tembang bahasa jawa. Noly menyadari bahwa salah satu prajuritnya tidak ada dan menyuruh Karsani untuk mencarinya, ternyata disaat itu juga Belanda telah mengepung rumah yang dibuat untuk bersembunyi tersebut. Jendral Sudirman menyuruh semua pasukan untuk tenang dan jangan cemas. Saat belanda masuk kerumah Jendral Sudirman dan para pasukannya sedang bersholawat dan disitu ada seorang pengkhianat yang membantu Belanda dan menjelaskan bahwa mereka itu adalah tentara kiplik dan Jendral Sudirman tetapi para pasukan Belanda tidak percaya dan mengatakan bahwa mereka itu santri yang sedang berdoa. Karsani yang berada diluar ketakutan setelah mendengar suara tembakan dari dalam rumah tetapi setelah Karsani masuk kedalam rumah untuk memastikan ternyata bukan Jendral Sudirman yang tertembak melainkan mata-mata Belanda yang berkhianat kepada Indonesia.

Keesokannya Jendral Sudirman datang kesebuah desa dan bertemu dengan salah seorang warga dan ternyata warga tersebut memberikan bantuan dan menyuruh agar Jendral Sudirman menginap, akan tetapi Jendral sudirman menolak karena telah banyak merepotkan masyarakat.dan dilain tempat terdapat Ir.soekarno dan Hatta yang sedang ditahan oleh Belanda. Ir.soekarno dan Hatta menyesali karena mereka tidak berada di medan perang dan yang lainnya sedang bersusah payah mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan Indonesia. Terlihat Jendral Sudirman dan para pasukannya mendatangi rumah warga dan semua pasukan beristirahat. Di tengah hutan terdapat tentara komunis dan Tan Malaka yang sedang dieksekusi mati. Ketika semua pasukan Jendral Sudirman sedang beristirahat terdapat Aceng yang telah kembali. Aceng pun telah mendapatkan info dari warga-warga bahwa semuanya sudah berada di Sobo. Di malam itu anak dari pemilik rumah tersebut ingin membantu Jendral Sudirman dalam melawan penjajah, Ia ditugaskan sebagai petunjuk jalan karena Ia tau baik jalan menuju ke Jogja. Keesokan harinya para pasukan menyiapkan makan untuk semua orang dan Jendral Sudirman menyuruh salah seorang prajurit untuk memanggilkan Hanum. Jendral Sudirman pun menyuruh Noly untuk menyusup ke Jogja, Jendral Sudirman memberikan surat kepada Noly untuk ditujukan kepada Sri Sultan yang berisikan tentang serangan umum. Hanum pun datang dan Jendral menyuruh Hanum untuk memberikan surat kepada Istri Jendral Sudirman, kemudian Hanum pamit untuk memberikan surat tersebut.

Pitung puluh taun meneh negeri iki bakalan aman, damai, panganane berlimpah, kesejahteraan terjamin dan bakalan aman”. Kata Karsani di tengah Hutan ditemani beberap prajurit.

Di tengah perjalanan Noly menyuruh salah satu pasukan agar menemani sampai disitu saja dan Noly menyuruhnya untuk meminta bantuan ke markas Letkol Suwardi dan ia menyuruh berjumpa lagi di Sobo. Merekapun melanjutkan perjalanan kembali. Ketika melanjutkan perjalan tenyata Hanum tertinggal, Noly pun menyuruh Karsani untuk menyusul Hanum. Di hutan itu juga ada banyak tentara Belanda yang sedang lewat menggunakan mobil, ternyata Hanum tertidur di bawah pohon. Disaat Karsani sedang mencari Hanum, Karsani ketahuan oleh tentara Belanda dan ia pun dikepung. Karsani pun ditembak oleh tentara belanda, disaat itu juga Noly dan yang lainnya mendengar tembakan tersebut dan langsung lari mencari Karsani. Diakhir hayatnya karsani meneriakkan MERDEKAAA...!!. Lalu Noly pun datang dan melihat Karsani yang sudah meninggal dunia. Noly pun menggendong Karsani dan membawanya pergi, dipinggir danau Karsani dimakamkan.

 

selesai

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.