Abipraya Sandyakala

Senin, Januari 15, 2024

Abipraya Sandyakala

Karya Nazila Salma




Sang Dewi Malam akan segera tiba, dia telah siap menggantikan tugas Sang Surya untuk menyinari bumi. Tetapi, kali ini cahaya Sang Dewi Malam terlihat tidak terlalu cerah, karena awan mendung menutupi Sang Dewi Malam sehingga pancaran cahaya Sang Dewi Malam berkurang. Begitu juga dengan suasana hati Zea yang selalu mendung hampir setiap harinya.

Pranggg!

Suara kaca yang terpecah terdengar nyaring di telinga Zea. Zea menebak suara tersebut berasal dari kamar orang tuanya. Zea pun segera berlari menuju kamar orang tuanya. Dan benar saja saat Zea membuka pintu kamar orang tuanya, kedua orang tua Zea sedang bertengkar, dan tadi merupakan suara pecahan vas bunga yang kini sudah hancur berkeping-keping.

“Siapa perempuan di foto itu Dariel?” ucap Alice dengan mata berkaca-kaca sambil menunjukan beberapa lembar foto.

“Untuk apa kau harus tau siapa perempuan itu Alice, itu bukan urusanmu!” jawab Dariel.

“Mengapa kau tega menyelingkuhiku, Dariel?” Tanya Alice.

“Ini semua karenamu Alice, kau yang memulai semua permasalahan di keluarga ini, jika saja kau tak mengajak Zayn untuk pergi berbelanja tas-tasmu yang tidak berguna itu maka kita tidak akan kehilangan Zayn, dan aku tidak mungkin akan menyelingkuhimu” ucap Papa Zea panjang lebar dengan nada tinggi.

“Jika tahu akan terjadi hal itu, aku pun tidak akan mengajak Zayn pergi, Dariel. Jangan jadikan kepergian Zayn sebagai alasan untuk kau berselingkuh, Dariel!” balas Alice.

Plakkk!

“Tetap saja ini semua salahmu Alice, lebih baik kau juga pergi dari dunia ini, aku sudah muak melihat wajahmu!” bentak Dariel setelah menampar pipi mulus Alice.

“SUDAH PA, MA, KALIAN JANGAN BERTENGKAR TERUS, INI SUDAH KEHENDAK TUHAN, KITA DI SINI CUKUP MENDOAKAN ZAYN AGAR MENDAPAT TEMPAT TERBAIK DI SISI TUHAN!” ucap Zea dengan keras.

“Diam, Zea, sebaiknya kau juga tidak usah ikut campur ini urusan orang dewasa, lebih baik kau pergi dari sini!” balas Papa Zea.

Zea pun membanting pintu kamar orang tuanya dengan keras. Meninggalkan kedua orang tuanya yang masih bertengkar dengan sangat hebat. Kemudian Zea segera mengambil kunci mobilnya. Ketika akan menuju garasi, Mbok Inah memanggil Zea. Mbok Inah adalah salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Zea sedari Zea kecil.

“Non Zea! Non mau kemana? Ini sudah mau malam, bentar lagi azan Magrib berkumandang,” tanya Mbok Inah.

“Zea mau keluar bentar dulu Mbok, mau nenangin pikiran Zea dulu,” jawab Zea.

“Hati-hati, Non Zea. Pulangnya jangan terlalu malam, nanti dicariin mama sama papa!” seru Mbok Inah.

“Tenang Mbok, mereka nggak mungkin nyariin Zea, mereka aja lagi pada sibuk berantem,” jawab Zea.

Zea pun segera menuju garasi rumahnya. Dia akan pergi untuk menenangkan pikirannya. Dia sudah bosan mendengarkan perdebatan orang tuanya setiap hari. Zea bingung akan pergi kemana. Dia mengendarai mobil tanpa tujuan yang jelas. Sampai tibalah Zea di suatu tempat.

Harahel Zea Agnibrata. Dia sekarang menjadi putri tunggal Keluarga Agnibrata. Dulu keluarganya sangat harmonis dan penuh kehangatan. Namun, keharmonisan dan kehangatan keluarganya sirna semenjak kepergian saudara kembarnya. Haydar Zayn Agnibrata. Dia merupakan saudara kembar Zea. Zayn kehilangan nyawanya ketika akan pergi menemani mamanya berbelanja. Ketika perjalanan menuju salah satu mal terbesar di Jakarta, tiba-tiba hujan turun ke bumi. Kian lama hujan itu kian deras. Sehingga mengurangi pandangan Zayn ketika mengemudikan mobil. Tiba-tiba saja di depan mobil Zayn sudah ada truk besar yang melawan arah dengan kecepatan tinggi, sehingga menabrak mobil yang dikemudikan Zayn. Akibat kecelakaan tersebut akhirnya Zayn kehilangan nyawanya dan Mama Zayn harus dirawat

secara intensif di rumah sakit. Zea tentu sangat merasa terpukul akibat kejadian tersebut, begitu juga Papa Zea yang juga sangat amat terpukul karena harus kehilangan putra satu-satunya.

***

Di sinilah Zea sekarang. Di tepi pantai yang menyajikan pemandangan langit yang sangat indah. Langit tersebut menampilkan keelokan warna jingganya atau biasa yang kita kenal dengan sebutan senja. Sangat lama Zea menatap langit senja. Tak sadar air mata Zea telah mengalir deras dari pelupuk matanya. Kepala Zea rasanya mau pecah memikirkan segala masalah yang harus dihadapinya belakangan ini.

“TUHAN, KENAPA KAU HARUS MEMBERI BANYAK MASALAH DI HIDUPKU!” teriak Zea di bibir pantai.

“Ya kalau nggak mau punya masalah nggak usah hiduplah, gitu aja kok repot,” jawab seorang lelaki yang memiliki paras tampan, yang ternyata dari tadi sudah berdiri di belakang Zea, tanpa Zea sadari. Zea pun membalikan badannya untuk melihat siapa pemilik suara itu.

“Nih sapu tangan gue, pakai aja tu buat lap ingus sama air mata Lo,” Zea pun mengambil sapu tangan tersebut.

“Sama-sama,” ucap lelaki pemilik paras tampan tersebut.

“Terima kasihh,” ucap Zea dengan agak ketus.

“Telat,” sahut lelaki itu cepat.

“Kata pepatah lebih baik telat daripada tidak sama sekali,” ucap Zea sembari mengusap air matanya dengan sapu tangan pemberian lelaki itu.

***

Zea kini berada disalah satu rumah makan seafood yang terletak di pinggir jalan dekat pantai tempat Zea melihat senja tadi. Lelaki tersebut mengajak Zea ke sini karena kasihan melihat Zea seperti anak terlantar. Karena jiwa sosial lelaki tersebut tinggi jadi dia mengajak Zea ki sini, kalau saja jiwa sosialnya tidak tinggi sudah dia biarkan Zea menangis sendirian di bibir pantai.

“Nih buku menu cepet pilih, prihatin gue liat muka melas Lo,” ucap lelaki tersebut.

Zea pun memilih menu yang dia inginkan, tak hanya memilih satu menu tetapi Zea langsung memesan empat menu makanan dan satu minuman, diantaranya udang goreng tepung, cumi goreng tepung, kerang saus tiram, kepiting saus padang, dan tentunya jus alpukat kesukaannya. Sedangkan lelaki tersebut hanya memesan nasi goreng seafood dan segelas air putih.

“Buset, Lo manusia apa bukan, orang kecil kerempeng kayak Lo banyak bener pesennya, awas aja kalau gak abis, bayar sendiri pesanan Lo,” ucap lelaki tersebut.

“Kalau nggak mau bayarin gue ya udah lahhh, gue juga bisa bayar sendiri kok,” jawab Zea.

Setelah lumayan lama menunggu, pesanan mereka akhirnya datang. Mereka pun makan bagiannya masing-masing. Di tengah-tengah waktu makan lelaki tersebut membuka pembicaraan karena tidak tahan dengan keheningan yang tercipta dari tadi.

“BTW, kita dari tadi ketemu belum kenalan loh, kenalin nama gue Fajrin Aijaz Harsa, biasanya dipanggil Fajrin, kalau Lo mau manggil sayang juga boleh kok,” ucap Fajrin sembari memberikan tangannya agar mereka berjabat tangan.

“Zea,” jawab Zea tanpa membalas jabatan tangan Fajrin.

“Cuek amat Sis, BTW Lo sekolah di mana?” tanya Fajrin.

“SMA Insan Cendekia,” jawab Zea.

“Wah ternyata kita satu sekolahan loh,” jelas Fajrin.

Uhukkk!

Zea kaget mendengar fakta tersebut sehingga dia tersedak udang goreng tepung yang baru saja akan mendarat di kerongkongannya.

“Whattt, tapi kok gua gak pernah liat Lo?” tanya Zea.

“Lo aja yang kurang berinteraksi di sekolah jadi nggak kenal gue, padahal gue terkenal di sekolah, gue kan anak pemilik sekolah itu,” jelas Fajrin.

Uhukkk!

Zea tersedak lagi mendengarkan fakta mencengangkan itu. Fajrin pun menyodorkan air putihnya agar diminum Zea karena jus alpukat Zea telah habis. Makanan yang tadi memenuhi meja sekarang telah ludes masuk ke perut Zea.

“Busettt, itu perut apa karet makanan sebanyak itu bisa habis,” ucap Fajrin. Disambut cengiran Zea.

“BTW, Lo kelas apa? Besok gue kembaliin sapu tangan Lo, mau gue cuci dulu nih sapu tangan,”

Fajrin pun menjawab pertanyaan Zea. Kemudian mereka ke kasir untuk membayar pesanan mereka tadi. Setelah itu Fajrin mengantarkan Zea ke parkiran tempat Zea memarkirkan mobil. Mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing.

***

Zea telah tiba di rumahnya. Satpam di rumah Zea dengan ibanya membukakan pagar ketika melihat putri semata wayang keluarga itu pulang. Mbok Inah yang sedari tadi mencemaskannya bergegas menghampiri setelah ia membukakan pintu garasi untuk Zea.

“Aduh, Non dari mana aja? Mbok khawatir sama Non loh,” tanya Mbok Inah.

“Papa sama Mama di mana Mbok?” tanya Zea tanpa menjawab pertanyaan Mbok Inah.

“Setelah Non Zea pergi, Papa tadi juga ikut pergi, Non, kalau Mama dari tadi sore belum keluar dari kamar, Non,” jawab Mbok Inah.

“Non Zea sekarang mandi dulu aja, habis itu ke ruang makan, ini mbok lagi nyiapin makan malam,” lanjut Mbok Inah.

“Oke, Mbok,” jawab Zea.

Saat Zea berjalan menuju kamarnya, ketika Zea melewati kamar orang tuanya kebetulan Mama Zea baru keluar dari kamarnya. Mama Zea pun bertanya kepada Zea,

“Dari mana kamu? Sudah tau mau malam malah keluar, anak perempuan lagi,” tanya Mama Zea dengan nada ketus.

“Zea habis dari pantai, Ma,” jawab Zea.

“Sana mandi kamu, terus makan,” ucap Mama Zea tetap dengan nada ketusnya.

“Iya, Ma,” jawab Zea.

Kini Zea telah berada di ruang makan. Suasana ruang makan Zea tidak seperti dulu lagi. Sudah tidak ada suasana keharmonisan dan kehangatan lagi ketika makan. Zea sebenarnya sudah kenyang karena seafood yang dia pesan tadi kebanyakan. Tetapi, karena dia menghormati Mbok Inah yang sudah susah payah memasakkannya jadi dia tetap makan. Ketika Zea makan, Zea teringat dengan sapu tangan yang dipinjamkan Fajrin tadi.

“Mbok, minta tolong sapu tangan yang ada di dashboard mobil Zea dicuci ya, usahain besok udah kering, jangan lupa banyakin pewanginya Mbok," suruh Zea.

“Oke Non, siapp,” jawab Mbok Inah.

“Oh iya Mbok, minta tolong juga anterin makanan ke kamar Mama ya, kayaknya Mama marah sama aku, karena tadi pergi,” ucap Zea.

“Iya, Non, nanti Mbok Inah anterin makanan ke kamar Ibuk,” jawab Mbok Inah.

“Makasihh, Mbok,” ucap Zea.

***

Pagi hari pun tiba, Zea sudah siap untuk berangkat sekolah. Zea telah berpamitan dan salim ke mamanya di kamar mamanya. Sekarang gantian Zea berpamitan ke Mbok Inah. Ketika berpamitan Zea bertanya kepada Mbok Inah di mana sapu tangan yang Zea suruh cuci tadi malam. Mbok Inah kemudian mengambilkan sapu tangan tersebut. Zea pun segera berangkat menuju ke sekolah agar tidak telat. Sesampainya di sekolah Zea segera berjalan menuju ke kelasnya Fajrin untuk mengembalikan sapu tangan milik Fajrin. Kebetulan ketika Zea ingin mengembalikan sapu tangan Fajrin, Fajrin sedang duduk di ayunan depan kelasnya. Jadi, Zea tidak perlu meminta bantuan teman sekelasnya Fajrin agar memanggilkan Fajrin. Zea pun mengembalikan sapu tangan milik Fajrin dan tidak lupa Zea mengucapkan terima kasih.

Zea sekarang sudah duduk di kursi kelasnya. Ketika Zea ingin meletakkan beberapa buku pelajarannya di laci mejanya, buku-buku pelajaran Zea tidak mau masuk ke laci meja itu, seperti ada barang yang memenuhi lacinya sehingga menahan bukunya untuk masuk ke laci meja. Kemudian Zea melihat barang apa yang mengganjal bukunya. Ternyata di laci meja Zea

ada sebuah tote bag. Kemudian Zea membuka tote bag tersebut. Tote bag tersebut ternyata berisi kotak makan yang isinya sandwich, beberapa cokelat, dan dua kotak susu cokelat kesukaan Zea. Zea pun bertanya ke temannya kira-kira siapa yang menaruh tote bag tersebut di laci mejanya.

“Ser, Lo tau gak siapa yang naruh tote bag ini di meja gue?” tanya Zea.

“Wah gue kurang tau Ze, tadi gue masuk kelas paling pertama tapi gak lihat orang yang masuk ke kelas kita bawa tote bag, coba Lo cari dulu di dalam tote bag Ze siapa tau tertera nama siapa yang ngasih itu ke Lo,” jelas Serana, salah satu teman sekelas Zea.

Kemudian Zea mengeluarkan semua isi tote bag tersebut. Ternyata di bawah kotak bekal ada tempelan sticky note. Zea pun segera mencabut sticky note tersebut lalu membacanya. Di sticky note tersebut tertulis “Jangan lupa dimakan yaaa” di bagian bawah sticky note juga tertulis “From : Pengagum Senja.” Zea berpikir siapa si pengagum senja pemilik tote bag tersebut. Jalan pikiran Zea pun mengarah ke Fajrin karena kemarin Zea baru saja bertemu dengan Fajrin ketika dia sedang menikmati keindahan senja. Zea memasukkan kembali semua makanan tersebut ke dalam tote bag. Dan rencananya tote bag tersebut dan segala isinya akan dia kembalikan ke Fajrin saat pulang sekolah nanti.

***

Bel sekolah telah berbunyi empat kali. Itu menandakan seluruh siswa sudah diperbolehkan pulang. Zea pun segera merapikan buku pelajarannya dan memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa Zea membawa tote bag milik si pengagum senja. Zea segera berjalan menuju ke kelas Fajrin sebelum dia pulang. Ketika sampai ke kelas Fajrin, Zea melihat Fajrin sudah tidak ada di kelasnya. Zea lalu berlari menuju parkiran sebelum keburu Fajrin pulang.

Saat sampai di parkiran hampir saja Zea terlambat. Karena Fajrin sudah akan masuk ke dalam mobilnya. Zea pun berteriak memanggil nama Fajrin.

“Fajrinn!” teriak Zea.

Fajrin pun menoleh mencari dari mana sumber suara itu berasal. Saat mengetahui yang memanggilnya Zea, Fajrin mengurungkan dirinya untuk masuk ke dalam mobil. Dan menyambut kedatangan Zea dengan senyum sumringah.

“Ada apa Lo teriak-teriak manggil nama gue?” tanya Fajrin.

“Ini pasti punya Lo kan, ngaku deh,” jawab Zea.

“Kalau iya emang kenapa?” tanya Fajrin.

“Ngapain Lo taruh ini di laci meja gue, nih gue balikin,” jawab Zea.

“Wah parah yaa, padahal bunda gue udah effort buatin sandwich buat Lo, malah gak Lo makan,” jelas Fajrin.

Mendengar perkataan Fajrin tersebut, Zea jadi mengurungkan niatnya untuk mengembalikan tote bag dengan segala isinya tersebut. Mengetahui hal itu, Fajrin sangat amat merasa bahagia karena dia juga sudah membantu bundanya membuat sandwich tersebut. Walaupun Fajrin hanya membantu memotong sandwich tersebut ketika sudah jadi. Menurut Fajrin memotong sandwich itu sudah termasuk effort Fajrin untuk mendekati Zea. Ternyata dari tadi teman-teman Fajrin memperhatikan Zea dan Fajrin dari dalam mobil. Teman-teman Fajrin lalu membuka kaca mobil lalu menyoraki mereka berdua.

“Acieee,” ucap beberapa teman Fajrin secara bebarengan.

“Gebetan baru ya, Bro? Selamat selamat,” ucap salah satu teman Fajrin.

“Nggak kok, gue bukan gebetan Fajrin,” bantah Zea.

“Lo tuh udah jadi pacar gue tauk,” jelas Fajrin.

“Acieee,” sorak teman-teman Fajrin lagi secara bebarengan.

“Enak aja Lo, sejak kapan gue sama Lo pacaran?” lanjut Zea.

“Sejak kemarin waktu gue traktir Lo seafood,” jawab Fajrin.

“Acieee,” sorak teman-teman Fajrin, sudah kompak seperti pemandu sorak.

“Enak aja Lo main ngaku-ngaku jadi pacar gue gara-gara traktir gue seafood, kalau nggak ikhlas bilang biar gue ganti duit Lo,” ucap Zea lalu pergi meninggalkan Fajrin dan teman-temannya dengan pipi yang agak memerah.

“Udah Bro nggak usah diliatin terus anak orang, ayok pergi keburu telat,” ucap salah satu teman Fajrin.

Ternyata dari balik tembok ada yang memperhatikan interaksi antara Zea dengan Fajrin. Perempuan itu dan kedua temannya melihat adegan Zea dan Fajrin dari awal sampai akhir. Lalu perempuan itu mengucapkan kalimat, “Awas aja Lo, Ze, kalau sampai berani deketin Fajrin, Fajrin itu bakal jadi milik gue sampai kapan pun.”

***

Zea sudah sampai di rumahnya. Dia sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton televisi. Tak lupa Zea juga memakan makanan pemberian Fajrin tadi. Mbok Inah datang menghampiri Zea dengan membawakan kue salad buah kesukaan Zea.

“Mbok, Papa dari kemarin belum pulang ya?” tanya Zea.

“Belum, Non, palingan Bapak semalam tidur di kantor,” jawab Mbok Inah.

“Palingan Papa lagi seneng-seneng sama selingkuhannya, Mbok,” lanjut Zea.

“Nggak boleh suuzan gitu, Non, Papa Non pasti lagi kerja di kantor,” jelas Mbok Inah.

“Udah ah ,Mbok, pusing aku mikirin Mama sama Papa, oh ya Mbok minta tolong tote bag sama kotak bekal ini dicuci yaa,” pinta Zea.

“Wah tote bag sama kotak bekalnya siapa ini Non? Mbok kok nggak pernah lihat,” tanya Mbok Inah.

“Punya temen Zea, Mbok,” jawab Zea.

“Hayyo, temen apa demen, Non?” ejek Mbok Inah.

“Temen, Mbok, udah ah Mbok cepetan dicuci nanti keburu nggak kering tote bagnya,” ucap Zea.

***

Keesokan harinya, Zea bangun lebih pagi daripada biasanya. Dia kini sudah berada di dapur menggunakan celemek. Zea sedang melihat tutorial memasak di salah satu platform terkenal.

“Waduh tumben Non jam segini udah ke dapur? Biasanya jam segini masih pelukan sama guling,” ledek Mboh Inah.

“Iya dong Mbok, Zea nanti mau ngembaliin kotak bekal yang kemarin, nggak mungkin dong Mbok kalau Zea balikin cuma kotak bekalnya doang nggak ada isinya, kan kebaikan orang harus kita bales dengan kebaikan,” jelas Zea.

“Sini, biar Mbok bantuin masaknya. Emang Non mau masak apa?” tanya Mbok Inah.

“Ini Mbok, Zea lagi lihat tutorial masak nasi goreng, rencananya Zea mau masak nasi goreng,” jawab Zea.

“Masak nasi goreng mah gampang, sini biar Mbok aja yang masak, Non nanti yang platting aja,” ucap Mbok Inah.

“Nggak mau dong Mbok, biar Zea aja yang masak, Mbok Inah yang perintahin aja apa yang harus Zea lakuin,” jelas Zea.

Nasi goreng buatan Zea pun sudah jadi. Zea menata nasi goreng tersebut ke kotak bekal milik Fajrin kemarin. Lalu Zea memasukkan kotak bekal tersebut ke dalam tote bag yang juga milik Fajrin. Tak lupa dia juga memasukkan susu kotak rasa cokelat dan berbagai macam jajanan kesukaan Zea. Setelah itu, Zea segera mandi dan bersiap berangkat ke sekolah.

***

Sesampainya di sekolah Zea segera menuju ke kelas Fajrin. Ternyata, di dalam kelas Fajrin sedang bersenda gurau dengan teman-temannya. Salah satu teman sekelas Fajrin pun berteriak, “Woy Jrin, ada yang nyariin Lo tuh.” Menyadari yang mencarinya Zea, Fajrin pun segera keluar menghampiri Zea.

“Kiw-kiw, kiw-kiw, cukurukuk, cukurukuk,” ledek salah satu teman Fajrin dengan memutar sound yang sedang viral.

“Acieee, ada yang pagi-pagi udah disamperin gebetannya nihhh,” ledek teman Fajrin yang lain.

“Apa sih kalian, biarin dong, yang penting gue punya gebetan dari pada kalian jomblo akut,” ledek Fajin ke temannya.

“Iyain aja deh, si paling punya gebetan,” jawab teman Fajrin.

Fajrin pun segera keluar dari kelas. Dia sudah tak tega membiarkan pujaan hatinya terlalu lama menunggu di luar. Ia bergegas menghampiri Zea yang sedang duduk di ayunan.

“Halo Sayang!” sapa Fajrin.

“Sayang-sayang pala Lo peang,” jawab Zea.

“Busett, harusnya Lo bangga dipanggil sayang sama orang terganteng seantero sekolah, BTW ngapain Lo ke sini pagi-pagi? Tumben banget,” tanya Fajrin.

“Idih pede banget Lo, nih gue ke sini mau ngembaliin tote bag sama kotak bekal Lo, kalau nggak gara-gara barang ini, mana mungkin gue mau ngampiri orang paling pede seantero sekolah,” jawab Zea dengan agak ketus.

“Sama-sama, Sayang,” ucap Fajrin.

“Makasih,” jawab Zea singkat, lalu pergi meninggalkan Fajrin.

Dari kejauhan ada yang memperhatikan Fajrin dan Zea. Perempuan itu masih sama dengan perempuan yang memperhatikan Fajrin dan Zea ketika di parkiran. Dia tersenyum smirk sambil berkata, “Berani-beraninya Lo Ze, ngedeketin pacar gue, tunggu pembalasan gue Ze.”

***

Tiga bulan kemudian.

Hari ini merupakan hari ulang tahun SMA Insan Cendekia dan hari puncak acara HUT. Sudah menjadi event tahunan jika akan mendekati HUT maka satu minggu sebelum acara akan diadakan lomba berbagai macam permainan dari mulai permainan tradisional sampai permainan modern. Ada lomba siswa melawan siswa, guru karyawan melawan guru karyawan, hingga lomba antara guru karyawan melawan siswa. Satu hari sebelum hari puncak acara biasanya juga diadakan bazar yang diikuti mulai dari kelas sepuluh hingga dua belas. Ketika hari puncak acara, biasanya akan dimulai dengan apel pembukaan kemudian pelepasan balon. Dilanjutkan dengan karnaval mengelilingi lingkungan sekolah. Setelah pawai biasanya seluruh siswa akan dikumpulkan di lapangan untuk melihat berbagai pertunjukan dari ekstrakurikuler yang ada di SMA Insan Cendekia. Kini tiba saatnya untuk Fajrin dan teman-temannya menunjukkan bakat. Fajrin dan teman-temannya tergabung dalam grup band musik. Dengan Fajrin yang menjadi vokalis. Hari ini Fajrin membawakan dua lagu, yaitu Cinta Itu Buta milik

grup band Armada dan Sempurna lagu milik grup band Andra and The Backbone. Setelah selesai menyanyikan kedua lagu tersebut, Fajrin pun berbicara di atas panggung.

“Kedua lagu tersebut gue persembahkan buat cewek pujaan hati gue,” ucap Fajrin dan hampir seluruh penonton bersorak karena ikut terbawa perasaan dengan kalimat yang diucapkan Fajrin.

“Cewek tersebut adalah Harahel Zea Agnibrata, cewek yang selalu mengganggu pikiran gue beberapa bulan ini, dengan pesonanya yang khas mampu memikat hati gue, langsung to the point aja yaa, soalnya gue nggak bisa berkata-kata manis, Harahel Zea Agnibrata maukah kamu menjadi pacarku, ikut menghiasi hari-hariku agar tambah indah?” lanjut Fajrin panjang lebar diakhiri dengan pertanyaan.

Para penonton berteriak histeris mendengar kalimat yang dilontarkan Fajrin. Sedangkan si pemilik nama yang tadi diucapkan Fajrin badannya terasa lemas. Hanya Fajrin sajalah pria gila yang berani menembak nya di depan khalayak umum. Zea merasa malu karena mata para penonton langsung tertuju padanya. Salah satu teman Fajrin ada yang menarik Zea agar naik ke atas panggung.

"TE-RI-MA! TE-RI-MA! TE-RI-MA!" teriak para penonton agar Zea menerima cinta Fajrin.

Banyak penonton yang ikut merasa bahagia tentang Fajrin yang telah mendapatkan tambatan hatinya. Tetapi, tak sedikit juga yang memiliki tatapan perasaan benci ke Zea karena telah menutup kesempatan mereka untuk bisa menjadi pujaan hati Fajrin. Tak terkecuali perempuan yang selalu memperhatikan interaksi kedekatan Zea dan Fajrin dari beberapa bulan lalu. Perasaan bencinya kepada Zea kian bertambah. Dari lapangan basket dia memperhatikan Zea dan Fajrin yang sedang berada di atas panggung. Dia adalah Alexandra Madison. Alexa merupakan mantan kekasih Fajrin. Fajrin memutuskan Alexa karena Alexa tega menyelingkuhi Fajrin.

“Sebelumnya terima kasih Lo udah berani ungkapin perasaan Lo di depan umum, tapi maaf gue belum bisa jawab sekarang, mungkin dua atau tiga hari lagi gue baru bisa jawab pertanyaan Lo tadi,” jawab Zea.

“Yahhh,” teriak penonton karena merasa kecewa dengan jawaban yang diucapkan Zea.

“Oke, gak papa mau selama apapun itu gue harus nunggu jawaban Lo, gue akan selalu setia menunggu,” ucap Fajrin.

Acara puncak hari ulang tahun SMA Insan Cendekia di akhiri dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh guest star. Para penonton ikut menyanyi sambil berjoget di bawah semprotan air. Air tersebut berasal dari mobil pemadam kebakaran. Seluruh siswa SMA Insan Cendekia merasa bahagia dengan acara tersebut, tak terkecuali Fajrin, walaupun dia harus menunggu jawaban Zea beberapa hari lagi tetapi dia sudah merasa lega karena sudah mengungkapkan perasaannya.

***

Tiga hari kemudian.

Hari ini Fajrin berangkat sekolah lebih pagi dari pada biasanya. Ketika sampai di sekolah Fajrin berjalan menuju kelas Zea. Fajrin menunggu Zea di depan kelasnya. Sang pujaan hati pun akhirnya tiba.

“Pagi Sayangg!” sapa Fajrin dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

“Pagi juga, tapi jangan panggil gue sayang, gue nggak suka,” jawab Zea.

“Terus dipanggil apa dong, oh ya gimana jawaban pertanyaan yang gue ajuin tiga hari lalu?” tanya Fajrin.

“Hmmm, oke gue terima perasaan Lo,” jawab Zea.

Fajrin jingkrak-jingkrak mendengar jawaban Zea. Dia berteriak sambil mengatakan, "Yes." Orang-orang yang berada di sekitar mereka otomatis langsung mengalihkan pandangan ke mereka karena teriakan Fajrin tadi. Seketika Zea merasa menyesal menerima perasaan Fajrin. Karena baru beberapa menit dia berpacaran dengan Fajrin, Fajrin sudah membuatnya malu di depan banyak orang.

“Lo bisa diem gak, kalau Lo teriak lagi kita putus,” ancam Zea.

“Santai Sis santai, oke kalau gitu gue pamit mau ke kelas dulu ya, dada Sayang!” ucap Fajrin sambil melambaikan tangannya. Zea hanya bisa menepuk dahinya, melihat kekonyolan pacar barunya.

Dari kejauhan Alexa memperhatikan Fajrin dan Zea. Lalu Alexa mengepalkan kedua tangannya yang menunjukkan kemarahannya. Lantas Alexa mengabadikan kedekatan Fajrin dan Zea, lalu mengirimkan foto tersebut ke nomor seseorang. Setelah itu, Alexa menelpon orang yang dia kirimi foto tadi.

“Halo, ini nih si Zea ngerusak hubungan aku, dia ngerebut pacar aku,” adu Alexa.

“Iya marahin aja tuh anak, kalau bisa kasih pelajaran aja tuh anak,” lanjut Alexa.

“Oke, kalau bisa pelajaran yang kejam biar kapok tuh anak, biar nggak jadi PHO, ditunggu kabar baiknya,” ucap Alexa kemudian mematikan sambungan telepon.

***

Satu bulan kemudian.

Hubungan kisah kasih Fajrin dan Zea sudah berjalan satu bulan. Selama ini belum ada badai yang menerpa hubungan Fajrin dan Zea. Hari ini rencananya Fajrin akan mengajak Zea ke rumahnya untuk menemui bundanya. Seharusnya bunda Fajrin dan Zea bisa bertemu saat puncak acara HUT SMA Insan Cendekia. Namun, karena bunda Fajrin ada acara lain yang lebih penting jadi, yang bisa datang ke acara HUT hanya ayahnya Fajrin saja. Kini Fajrin dan Zea sudah ada di mobil dan akan menuju rumah Fajrin.

“Nanti kalau aku ketemu bundamu aku harus ngapain?” tanya Zea.

“Ya nggak ngapa-ngapain lah,” jawab Fajrin

“Ihhh, kamu tuh diajak bicara serius malah dijawab kek gitu,” ucap Zea sambil mencubit pinggang Fajrin.

“Loh lohh, kok main cubit sih, ampun-ampun udah nyubitnya, sakit tauk, Hel,” jawab Fajrin.

“Beneran aku harus gimana nanti?” tanya Zea sekali lagi.

“Nanti kalau ketemu bunda salim, terus ngalir aja gitu pembicaraannya, tenang aja bunda nggak bakal gigit kamu kok, Hel,” jelas Fajrin.

Fajrin dan Zea sekarang sudah berada di depan pintu rumah Fajrin. Zea merasa sangat nervous karena akan bertemu dengan Bundanya Fajrin. Fajrin memencet bel lalu berteriak dari dari depan pintu.

“Assalamualaikum, Bundaaa, anak gantengmu udah pulang nihh,” teriak Fajrin.

Zea hanya bisa mengelus dadanya melihat tingkah pacarnya itu. Dari dalam pintu keluarlah seorang wanita paruh baya yang Zea perkirakan seumuran dengan mamanya. Wanita tersebut tersenyum ke arah Zea. Zea pun membalas senyuman wanita tersebut.

“Waalaikumsalam, astagfirullah Fajrin, jangan teriak-teriak dong, bisa budeg bunda denger kamu teriak, biasanya juga langsung masuk rumah nggak pakai teriak-teriak dulu, tumben banget kamu,” jawab Bunda Fajrin.

“Hehehe, ya maaf, Bund,” ucap Fajrin kemudian salim ke bundanya diikuti Zea.

“Aduh siapa nih kok cantik banget, ayo masuk dulu, ngobrolnya di dalam aja,” ajak Bunda Fajrin.

“Iya, Tante,” jawab Zea.

“Panggilnya jangan tante Sayang, panggil aja Bunda,” ucap Bunda Fajrin.

“Iya, Bund,” jawab Zea.

***

Ketika Zea, Fajrin, dan Bunda Fajrin sedang asik berbincang di ruang tamu, ada yang mengetuk pintu rumah. Bunda Fajrin pun segera membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang. Ternyata yang datang adalah Ayah Fajrin. Ayah Fajrin pun ikut ke dalam perbincangan mereka.

“Ehhh, ada tamu ternyata,” ucap Ayah Fajrin lalu duduk di sofa.

“Iya, Om,” jawab Zea kemudian salim ke Ayah Fajrin.

“Kamu cewek yang ditembak Fajrin waktu acara puncak HUT SMA Insan Cendekia itu kan, siapa namamu om lupa?” tanya Ayah Fajrin.

“Harahel Zea Agnibrata, Om,” jawab Zea.

“Siapa nama ayahmu? Kok kayaknya om nggak asing dengan wajahmu,” tanya Ayah Fajrin lagi.

“Dariel Agnibrata, Om,” jawab Zea.

“Owh yang punya Perusahaan Sanjaya Agnibrata International itu ya, pantes kok nggak asing sama wajahmu ternyata kamu sangat mirip dengan ayahmu, Ze” ucap Ayah Fajrin.

“Ya sudah lanjutkan saja ngobrolnya, om mau ke atas dulu,” lanjut Ayah Fajrin.

Setelah lama berbincang-bincang, Zea akhirnya pamit untuk pulang. Fajrin mengantarkan Zea pulang sampai depan rumah Zea. Fajrin tidak mampir dulu di rumah Zea karena hujan sebentar lagi akan turun. Fajrin pun pamit ke Zea, lalu segera melajukan motornya dengan kecepatan kencang sebelum hujan turun membasahi tubuhnya.

***

Zea akhirnya masuk ke dalam rumahnya setelah Fajrin sudah tak terlihat lagi di hadapannya. Zea masuk ke rumah sambil menyenandungkan lagu, sebab hari ini perasaan Zea sedang berbunga-bunga. Ketika Zea bersenandung ada suara yang mengagetkannya.

“Bagus, jam segini baru pulang kamu, pulang sekolah bukannya langsung pulang malah keluyuran gak jelas, siapa laki-laki tadi? Emang Alice gak becus ngurusin kamu, makanya kamu bisanya cuma pacaran sekolahnya gak bener,” ucap Papa Zea sambil bertepuk.

“Tau apa Papa tentang aku, beberapa bulan ini aja Papa nggak pernah pulang, Papa lebih memilih selingkuhan Papa yang murahan itu,” jawab Zea.

“Berani ya Kamu sekarang sama papa, bisa apa Kamu tanpa semua harta dari papa, nyesel papa punya anak Kamu, bisanya cuma foya-foya kayak mamamu ngabisin harta papa,” ucap Papa Zea.

“Aku begini juga gara-gara Papa, kalau Papa nggak selingkuh keluarga kita nggak mungkin kayak gini, sifat aku juga nggak bakal berubah, tapi sayangnya Papa lebih memilih mengejar selingkuhan Papa dari pada mempertahankan keutuhan keluarga kita,” ucap Zea panjang lebar.

“Kamu nggak punya hak ngatur-ngatur Papa, semua permasalahan ini juga gara-gara Mamamu, kalau saja Mamamu hari itu tidak mengajak Zayn pergi pasti Papa tidak akan kehilangan anak

kesayangan Papa, dan mungkin keluarga kita kita tidak akan hancur berantakan,” jawab Papa Zea.

"Sekarang lebih baik kamu putusin pacar kamu itu! Fokus ke sekolahmu yang sebentar lagi mau ujian kelulusan! Jangan sampai nilai kamu jelek dan tidak bisa masuk universitas ternama. Karena, yang akan meneruskan perusahaan papa hanya tinggal kamu. Kalau kamu masih pacaran dengan laki-laki itu, jangan salahkan papa bila papa menceraikan mama dan secara otomatis menarik seluruh akses harta papa yang kamu gunakan,” ancam Papa Zea.

“Papa juga nggak punya hak untuk ngatur aku, mau aku dekat sama siapa pun itu urusan aku, Papa nggak punya hak untuk ngelarang aku,” jawab Zea.

“Papa ingatkan sekali lagi, kalau kamu masih dekat dengan laki-laki itu jangan salahkan Papa kalau Papa akan menceraikan Mamamu dan juga kamu dan Mamamu akan hidup gelandangan di jalanan, kamu juga tidak akan mendapat warisan Papa sepeser pun,” ancam Papa Zea sekali lagi.

“Oke-oke, aku akan menuruti semua kemauan Papa asalkan Papa jauhi selingkuhan Papa dan putuskan hubungan Papa dengan selingkuhan Papa,” pinta Zea.

“Mungkin akan Papa pikirkan kemauan kamu,” jawab Papa Zea.

Zea segera berjalan menuju kamarnya sebelum emosinya tambah memuncak. Perasaan bahagia Zea sekarang telah sirna karena Papanya. Ketika tiba di kamar, Zea segera mandi agar rasa capek di badannya sedikit berkurang. Setelah mandi Zea memainkan ponselnya di atas ranjang. Saat Zea sedang asik menggeser-geser ponselnya, tiba-tiba ada nomor tidak dikenal yang mengirimkan pesan ke Zea. Zea segera membuka pesan tersebut.

“Temuin gue besok jam 5 sore di Ragil Corner kalau gak mau keluarga Lo hancur,” baca Zea

"Siapa sih orang yang malam-malam gini iseng ngirim chat gak jelas? Kurang kerjaan banget! Mana pake ngancem-ngancem segala lagi,” ucap Zea.

“Tapi kalau gue nggak datang nanti gue penasaran, mana tau penting banget, ya udah deh besok datang aja” lanjut Zea.

***

Setelah mengantarkan Zea, Fajrin segera pulang ke rumah. Ternyata Fajrin sudah ditunggu ayah bundanya di ruang keluarga. Sepertinya ada hal penting yang akan mereka bicarakan dengan Fajrin.

“Fajrin, sini dulu Sayang, bunda sama ayah mau bicara sama kamu,” ucap Bunda Fajrin.

“Iya, Bun,” jawab Fajrin.

“Apa kamu tau siapa itu Dariel Agnibrata, Nak?” tanya Ayah Fajrin.

"Aku kurang tahu Yah, siapa orang itu. Yang aku tahu tentang beliau adalah sebatas beliau Papa Zea, Yah,” jawab Fajrin.

“Jadi, Dariel Agnibrata dulu itu adalah sahabat ayah waktu kuliah, tetapi dia dulu hampir saja merebut bundamu dari ayah, dia juga suka menghasut dan merayu bundamu agar menjauhi ayah, semenjak saat itu ayah bermusuhan dengan dia,” ucap Ayah Fajrin.

“Dan yang waktu itu membuat perusahaan ayah hampir bangkrut juga Dariel Agnibrata,” lanjut Ayah Fajrin.

“Tapi pertanyaan Fajrin, kenapa Ayah menceritakan semua ini Ke Fajrin?” tanya Fajrin.

“Sebenarnya ayah dan bunda kurang setuju tentang hubunganmu dengan Zea karena hal tadi, jadi sebaiknya kamu jauhi Zea,” jawab Ayah Fajrin.

“Iya Sayang, jika kamu dekat dengan Zea lebih dari sekedar teman maka itu sama saja seperti membuka luka masa lalu kita,” sambung Bunda Fajrin.

“Terus akhir-akhir ini juga beredar berita tentang perselingkuhan Dariel, jangan sampai karena kamu dekat dengan Zea maka keluarga kita juga akan ikut terimbas dengan berita itu,” lanjut Ayah Fajrin.

“Tapi Yah, Bun, Fajrin rasa Fajrin sudah besar jadi Fajrin sudah bisa memilih mana yang baik buat Fajrin dan mana yang nggak baik buat Fajrin, lagian juga perasaan suka ke seseorang tidak bisa dihapus secara tiba-tiba, jadi, maaf Yah, Bun, Fajrin kali ini tidak bisa memenuhi permintaan kalian itu menjauhi Zea,” jelas Fajrin.

“Tapi Sayang,,,” ucap Bunda Fajrin.

“Nggak Bun, Fajrin nggak bisa kalau harus menjauhi Zea, tolong hormati keputusan Fajrin,” pinta Fajrin.

“Oke, Ayah akan menyetujui hubunganmu dengan Zea, asalkan nama keluarga jangan sampai ikut terimbas dengan berita yang beredar tentang keluarga Zea,” jawab Ayah Fajrin.

***

Keesokan harinya Zea terlihat kurang semangat ketika bersekolah. Hari itu Zea berangkat lebih pagi dari biasanya sehingga lorong kelas masih sepi. Ketika Zea sedang berjalan tiba-tiba ada yang menariknya. Ternyata yang menariknya adalah Hans salah satu sahabat Fajrin.

“Gue minta Lo jauhin Fajrin karena Fajrin cuma cocok sama Alexa,” ucap Hans.

“Punya hak apa Lo bisa nyuruh-nyuruh gue buat ngejauhin Fajrin? Kenapa Lo ngedukung Fajrin sama Alexa? Lagian juga Alexa sama Fajrin itu udah jadi masa lalu,” tanya Zea.

“Ya itu karena gue suka sama Alexa, tapi, Alexa suka Fajrin, jadi gue rela berkorban demi Alexa, dan gue minta Lo jauhin Fajrin biar Alexa bisa balikan sama Fajrin,” jawab Hans.

“Egois banget Lo mau ngerusak hubungan orang demi wanita yang nggak suka balik sama Lo,” ucap Zea.

“Yang terpenting bagi gue kebahagiaan Alexa, jadi gue pengen Alexa balikan sama Fajrin, mau gue bahagia atau nggak itu nggak penting yang terpenting cewek yang gue suka bisa bahagia,” jawab Hans.

“Tapi, sayangnya gue nggak mau ngejauhin Fajrin,” ucap Zea kemudian pergi.

Fajrin heran dengan sikap Zea hari ini. Karena semalam Zea masih baik-baik saja. Biasanya juga ketika pulang Fajrin selalu menghampiri Zea di kelasnya dan Zea selalu menunggu Fajrin. Tetapi, hari ini ketika Fajrin menghampiri Zea ke kelasnya, Zea sudah tidak ada di dalam kelasnya. Fajrin pun bertanya ke beberapa teman sekelas Zea apakah mereka tau keberadaan Zea. Tetapi nihil mereka tidak ada yang tau keberadaan Zea sekarang. Fajrin baru ingat jika beberapa hari lalu Fajrin baru saja memberikan Zea sebuah kalung. Liontin kalung tersbut telah Fajrin beri alat pelacak. Sehingga Fajrin bisa melacak keberadaan Zea melalui ponselnya dari kalung tersebut. Setelah melihat keberadaan Zea di ponselnya, Fajrin segera menuju tempat yang tertera di ponsel.

Sementara di tempat lain Zea telah bertemu dengan orang yang telah mengirimi dia pesan semalam. Betapa kagetnya Zea ketika mengetahui orang tersebut adalah Alexandra Madison, yang notabenya adalah mantan Fajrin. Karena malas berlama-lama dengan orang tersebut akhirnya Zea duluan yang membuka percakapan di antara mereka.

“Ngapain Lo ngirimin gue chat semalam? Kurang kerjaan banget,” ucap Zea dengan ketus.

“Sabar dong sabar! Ketus banget,” jawab Alexa.

“Mau apa Lo, buruan gue nggak ada waktu buat orang nggak penting kayak Lo,” ucap Zea.

“Gue harap Lo jauhin Fajrin karena Lo perusak hubungan gua dengan Fajrin,” jawab Alexa.

“Lah bukannya Lo nyelingkuhin Fajrin, makanya Fajrin mutusin Lo, kok Lo bisa-bisanya nuduh gue jadi perusak hubungan Lo,” putus Zea.

“Kalau Lo nggak jauhin Fajrin mungkin keluarga Lo akan berantakan, Papa Lo akan ceraiin Mama Lo, asal Lo tau selingkuhan Papa Lo itu adalah Mama gue, Papa Lo amat sangat cinta dengan Mama gue jadi sangat mudah bagi gue untuh nyuruh Papa Lo agar segera ngeceraiin Mama Lo kalau Lo masih tetep berhubungan dengan Fajrin,” lanjut Alexa panjang lebar.

“WHATTT!” jawab Zea dengan keras karena kaget dengan penjelasan Alexa.

“Kaget kan Lo, Mama gue juga sebenarnya ogah banget sama Papa Lo, tapi dasarnya aja Papa Lo yang gila perempuan jadi gampang dikibulin Mama gue, Mama gue juga mau sama Papa Lo gara-gara harta Papa Lo, kalau nggak karena harta Papa Lo yang berlimpah Mama gue sih ogah banget punya hubungan sama tua bangka kayak Papa Lo, jadi gue minta Lo jauhin Fajrin biar gue nyuruh Mama gue jauhin Papa Lo,” lanjut Alexa.

“Oke gue bakal putusin Fajrin dan ngejauhin Fajrin demi keutuhan keluarga gue, tapi Lo harus beneran ngejauhin Mama Lo si wanita murahan itu dari keluarga gue,” pinta Zea.

“Oke, deal,” jawab Alexa yang kemudian langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.

Ketika Zea akan memasuki mobilnya, ada yang memanggil namanya dengan sebutan Rahel. Yang memanggil dia dengan sebutan Rahel hanya Fajrin seorang. Saat Zea balik badan ternyata Fajrin sudah ada di belakang Zea.

“Fajrin, kamu kok bisa di sini?” tanya Zea.

“Dari tadi aku tuh udah keliling ke beberapa tempat buat nyariin kamu, lagian kamu ditelfon juga nggak bisa, kamu juga nggak pamit aku kalau hari ini nggak pulang bareng, terus tadi lewat sini lihat kayak mobil kamu ya udah aku ke sini deh,” jawab Fajrin

“Maaf ya aku lupa pamit tadi,” ucap Zea.

“Nggak papa kok, lain kali kalau pulangnya nggak bareng aku pamit yaa, oh iya habis ngapain kamu di sini?” tanya Fajrin.

“Tadi habis ketemu temen SMP aku, kebetulan dia lagi dapat jadwal pulang dari pondok jadi ketemuan deh, lumayan ngilangin rasa kangen,” jelas Zea.

“Owh gitu,” jawab Fajrin.

“Hmmm, besok bisa nggak kita ketemuan di pantai jam lima sore, aku pengen lihat senja nih,” pinta Zea.

“Sangat bisa dong, apa sih yang nggak bisa buat kamu gitu lohh,” jawab Fajrin.

“Ya udah, aku pamit duluan ya,” ucap Zea.

“Iyaa, hati-hati lohh,” jawab Fajrin.

***

Kini, Zea sudah berada di bibir pantai yang menjadi saksi ketidaksengajaan pertemuannya dengan Fajrin. Ia sudah menunggu sang kekasih dari beberapa saat lalu. Namun, Zea terlalu hanyut dalam tenangnya ombak dan gulat merah jambu nan candu yang begitu khidmatnya. Sampai ia tidak menyadari bahwa Fajrin sudah berada tepat di sampingnya.

“Serius amat Neng mandangin senjanya, padahal indahan yang di samping sini dari pada yang di depan,” ucap Fajrin.

“Ehhh, PD bener kamu jadi orang,” jawab Zea.

“BTW, apa yang kamu sukai dari senja?” tanya Zea.

“Hmmm mungkin karena walaupun senja telah pergi dan disambut dengan datangnya malam membawa serta angin yang begitu dingin hingga menusuk kulit, ada yang tak akan dibawa

pergi oleh senja yaitu sebuah rasa,” jelas Fajrin nadanya memelan. Hampir saja ia hanyut oleh hangatnya senja itu. Tapi tidak, tatapannya kembali pada Zea, ya, hanya Zea.

“Apa iyaa? Tetapi menurutku, kadang kala rasa itu bisa saja ikut hilang bersamaan dengan perginya senja” tanya Zea lagi.

“Iya donggg, tetapi yang pasti ketika kita menyukai sesuatu berarti nggak harus sepaket sama alasannya kenapa kita suka itu." Jawab Fajrin, senyum itu mengembang, mengarahkan pandangannya pada senja dan kembali membidik bola mata Zea yang tak henti-hentinya ia tatap.

"Bagaimana jikalau yang pergi itu aku? Apakah perasaan itu tetap menjadi milikku?" Zea sedari tadi menatap sandyakala berubah arah membalas tatapan Fajrin amat sangat dalam.

“Yaaa pasti tetap ada lahhh, lagian kamu nggak mungkin akan pergi ninggalin aku,” jawab Fajrin.

“Sebelumnya maaf banget Fajrin, Rahel rasa hubungan kita cukup sampai di sini,” ucap Zea.

"Kok tiba-tiba? Apa alasan kamu mengakhiri hubungan kita, Rahel?" Mungkin bila Zea tahu, detik itu juga detak jantung Fajrin hampir berhenti. Sebuah kalimat yang Zea ucapkan berhasil melahap semuanya, termasuk kekuatan Fajrin untuk terlihat baik-baik saja.

“Ada beberapa alasan yang nggak bisa aku sebutin, tetapi yang pasti salah satu alasanya yaitu aku ingin mempertahankan keutuhan keluarga aku,” jawab Zea.

“Coba jelasin alasannya Zea, kita harus nyelesain masalahnya bareng-bareng, jangan kamu pendam sendiri masalahmu,” ucap Fajrin.

“Nggak bisa Fajrin, keputusan terbaiknya yaitu dengan kita putus, aku harap kamu bisa menerima keputusan aku,” jawab Zea.

“Tapi Rahel,,,” ucap Fajrin.

“Nggak bisa Fajrin, tolong sekali ini saja aku mohon kamu bisa turutin kemauan aku,” putus Zea.

“Oke-oke, aku akan terima keputusan kamu, tapi aku harap kita masih bisa temenan seperti biasnya, cukup hubungan antara kekasih saja yang terputus, jangan sampai hubungan pertemanan kita juga terputus,” pinta Fajrin.

“Senja yang menjadi saksi pertemuan kita, tetapi senja juga yang menjadi saksi perpisahan kita, Rahel,” ucap Fajrin setelah Zea dan Fajrin saling terdiam selama beberapa menit.

“Mungkin kisah kita cukup berakhir sampai di sini tetapi hubungan pertemanan kita akan tetap terjalin selamanya, terlalu banyak rintangan yang menghadang kisah kita, selamat tinggal Fajrin, semoga Tuhan mengizinkan kita agar bertemu di ketidaksengajaan berikutnya,” ucap Zea.

“Maukah kamu menemaniku makan di tempat makan seafood waktu pertama kita ketemu dulu, Rahel?” tanya Fajrin.

“Tentu saja,” ucap Zea.

***

Setelah menemani Fajrin makan seafood, Zea segera pulang ke rumah. Saat di perjalanan tiba-tiba hujan turun. Semakin lama hujan semakin deras. Gelapnya malam dan derasnya hujan tentu membuat pandangan Zea menjadi kabur. Sehingga Zea tidak tersadar jika mobil di depannya berhenti mendadak. Karena licinnya jalan rem mobil Zea tidak berfungsi secara sempurna, sehingga Zea menabrak mobil di depannya. Ternyata di belakang mobil Zea juga terdapat truk yang otomatis juga menabrak mobil Zea. Terjadilah tabrakan beruntun pada malam itu. Para korban termasuk Zea segera dilarikan ke rumah sakit.

Ketika orang tua Zea mendapatkan kabar anaknya mengalami kecelakan, mereka segera berangkat ke rumah sakit. Mama Zea berangkat dari rumah sedangkan Papa Zea berangkat dari kantor. Setelah orang tua Zea tiba di rumah sakit, mereka langsung di suruh pihak rumah sakit untuk menandatangani surat persetujuan tindakan operasi. Zea harus segera dioperasi karena mengalami pendarahan di otaknya. Tak pikir lama Papa Zea langsung menandatangani surat tersebut. Proses operasi Zea berjalan selama empat jam dan berjalan lancar. Zea pun langsung dipindahkan ke kamar inap untuk menunggu dia siuman.

Setelah tak sadarkan diri selama sehari akhirnya Zea siuman. Orang tua Zea sangat bahagia dengan hal tersebut. Mama Zea langsung memberikan Zea minum.

“Maafkan Mama dan Papa ya, Zea,” ucap Papa Zea.

“Iya Sayang, maafkan Mama dan Papa karena belum bisa menjaga kamu dengan baik,” lanjut Mama Zea.

“Ii,,, ya,,, Pa,,, Ma,” ucap Zea terbata-bata.

“Mama dan Papa janji akan menjaga keutuhan keluarga kita demi menjaga kamu dengan lebih baik, Mama dan Papa tidak rela jika harus kehilangan anak lagi, Zea,” ucap Papa Zea.

“Te,,, ri,,, ma,,, ka,,, sih,,, Ma,,, Pa,,,” ucap Zea.

***

Sudah lima hari Zea dirawat di rumah sakit. Kondisinya sudah lebih membaik sekarang. Yang sering menjaga Zea di rumah sakit adalah Mama dan Papanya. Suatu ketika Zea menanyakan keberadaan ponselnya.

“Ma, di mana ponsel aku?” tanya Zea.

“Sebentar Sayang Mama ambilin, ponsel kamu ada di tas Mama,” jawab Mama Zea.

“Ini, Sayang,” lanjut Mama Zea.

“Makasih, Ma,” ucap Zea.

“Ma, Pa, Zea minta tolong dengerin rekaman di ponsel Zea,” pinta Zea.

“Iya, Sayang,” jawab Mama dan Papa Zea bebarengan.

Zea mendengarkan rekaman suara saat dia sedang mengobrol dengan Alexa di kafe dulu. Papa Zea kaget mendengarkan percakapan tersebut. Papa Zea sudah memantapkan hati untuk memutuskan hubungan dengan Mama Alexa dan Papa Zea berjanji tidak akan selingkuh lagi. Zea tentu merasa sangat bahagia karena keluarganya telah kembali utuh. Setelah Zea sembuh keluarga Zea memutuskan untuk pindah tempat tinggal dan kota agar luka lama mereka bisa segera sembuh.

***

Sepuluh tahun kemudian.

Seorang wanita bergamis biru baru saja keluar dari kabin pesawat. Dia sekarang sedang berada di Korea untuk melakukan perjalanan bisnis. Ketika dia akan menaiki mobil yang akan mengantarkan dia ke hotel, tiba-tiba saja ada yang memanggilnya.

“Rahel!” panggil seseorang.

Suara itu, suara yang sangat Zea rindukan, telah lama Zea tidak berjumpa dengan pemilik suara itu. Hanya dia seorang yang memanggil Zea dengan sebutan Rahel. Rasanya Zea ingin menangis setelah sekian lama Zea tidak mendengar suara itu dan hari ini Zea mendengar suara itu lagi. Tanpa perlu balik badan Zea sudah bisa menebak siapa pemilik suara itu. Ya dan benar saja ketika Zea berbalik badan Fajrin sudah berada di belakangnya.

“Hai Rahel, gimana kabarmu? Sudah lama kita tidak berjumpa,” tanya Fajrin.

“Alhamdulillah, kabarku baik, bagaimana denganmu, Fajrin?” tanya Zea balik.

“Kabarku juga baik, sekarang kamu tampil beda dari terakhir kali kita bertemu ya, Rahel” ucap Fajrin.

“Ya, Fajrin, doakan saja semoga aku bisa terus istiqomah seperti ini,” pinta Zea.

“Ya sudah aku pergi dulu ya, assalamualaikum,” lanjut Zea.

“Waalaikumsalam,” jawab Fajrin.

***

Keesokan paginya Zea telah bersiap untuk datang ke sebuah perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. Zea sekarang sudah berada di ruang presentasi. Betapa kagetnya Zea ketika mengetahui ternyata Fajrin juga berada di ruangan tersebut dan kemungkinan juga akan menjadi rekan kerjanya.

“Hai, Rahel, kita ketemu lagi, kalau sudah jodoh nggak akan kemana,” ucap Fajrin yang hanya dibalas senyuman oleh Zea.

“Setelah pertemuan ini apakah kau ada acara lain, Rahel?” tanya Fajrin.

“Hmmm, sepertinya tidak, emang kenapa?” tanya Zea balik.

“Bisakah kita pergi ke kafe atau restoran terlebih dahulu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan kepadamu,” pinta Fajrin.

“Tentu,” jawab Zea.

Pertemuan pun telah selesai. Zea dan Fajrin kini sudah berada di sebuah restoran ternama di Korea. Fajrin pun membuka percakapan tersebut.

“Sudah lama kita tidak berjumpa setelah terakhir kali kita bertemu di pantai, Rahel, aku sangat rindu padamu,” ucap Fajrin, Zea hanya terdiam mendengar kalimat itu.

Tidak lama, Fajrin melanjutkan kalimatnya. Kali ini ia berikan sebuah pernyataan, "Apakah kamu mau memperbaiki hubungan kita menjadi seperti dulu? Hubungan yang lebih dari sekedar teman, Rahel.." suaranya berubah menjadi lebih serius. Tatapan penuh harap terlihat jelas dari sorot matanya yang tajam.

“Maaf Fajrin, jika kamu mengajakku untuk berpacaran aku tidak bisa, tetapi jika kau serius menjalin hubungan denganku maka datangilah kedua orang tuaku,” jawab Zea.

“Baiklah, akan ku datangi kedua orang tuamu setelah kunjungan bisnis ini, tetapi aku tidak tau rumahmu yang sekarang, waktu itu aku mengunjungi rumahmu tetapi, kata penjaga rumahmu keluargamu telah pindah, penjaga rumahmu juga enggan memberitahuku di mana kau pindah,” jelas Fajrin panjang lebar.

Zea akhirnya menceritakan kejadian yang menimpanya setelah bertemu dengan Fajrin. Fajrin syok mendengar cerita Zea. Fajrin pun semakin memperkuat niatnya untuk meminang Zea agar bisa selalu di samping Zea dan menjaga Zea.

***

Sebulan kemudian.

“Bismillahirrahmanirrahim, qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur hallaan,” ucap pria berjas putih.

“Bagaimana para saksi, sah?” tanya pak penghulu.

"SAAAHHH!" jawaban serempak penuh antusias dari para tamu undangan yang datang tanpa merubah khidmatnya prosesi akad.

Ya hari ini adalah hari pernikahan Zea dan Fajrin. Kemarin telah diadakan pengajian dan siraman. Sedangkan hari ini adalah akad nikah dan resepsi. Terlihat senyum bahagia di wajah kedua mempelai. Kini mereka sedang di pelaminan dan menyalami para tamu undangan yang datang.

“Sayang, nanti sore kita ke pantai yuk? Aku kangen lihat senja bareng kamu,” pinta Fajrin di sela-sela menyalami tamu undangan.

“Ayok,” jawab Zea.

Hari telah sore, acara resepsi Zea dan Fajrin telah selesai. Mereka telah berganti pakaian menggunakan pakaian biasa. Dan mereka akan menuju pantai sesuai dengan kesepakatan mereka tadi siang.

“Senjanya indah ya Sayang, sama kayak kamu,” ucap Fajrin.

“Pinter banget ngegombalnya,” jawab Zea.

“Tapi hari ini aku sudah membuktikan bahwa walaupun senja pergi ada yang tak akan ikut pergi bersama senja yaitu sebuah rasa, itu sama seperti kamu, walaupun kamu sudah pergi dan kita terpisah selama sepuluh tahun, rasa cintaku padamu akan tetap utuh di dalam hatiku,” jelas Fajrin.

“Iya makasih ya udah mau setia nunggu aku, semoga kebahagiaan selalu mendatangi keluarga kita dan kesedihan menjauhi keluarga kita ke depannya,” ucap Zea.

“Aamiin, Sayang,” jawab Fajrin.

Zea dan Fajrin menikmati senja hingga senja tersebut hilang digantikan dengan malam. Setelah itu mereka pergi ke rumah makan seafood untuk nostalgia waktu mereka pertama kali bertemu. Setelah makan mereka pun pulang ke rumah baru mereka.

-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.