PERJUANGAN SEORANG IBU UNTUK PUTRINYA
PERJUANGAN SEORANG IBU UNTUK PUTRINYA
Oleh
: Keyza Hesti Aprillia
Di
sebuah desa kecil yang terletak di kabupaten Sragen, hiduplah seorang ibu
bernama Eny bersama putrinya, Hilmy. Mereka hidup dalam keadaan yang sederhana,
namun Eny selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Hilmy.
Eny
adalah seorang janda yang di tinggalkan oleh suaminya saat putrinya masih
kecil. Eny bekerja sebagai pahlawan devisa di negari orang atau yang biasa
akrab disebut tenaga kerja wanita (TKW). Setiap hari, Ia bekerja hingga larut
malam, membersihkan seluruh ruangan, entah itu mencuci pakaian majikannya,
memasak, merawat hewan peliharaan majikannya, bahkan terkadang Eny juga
menambah kerjaan di rumah orang-orang tertentu seperti di rumah teman
majikannya. Eny melakukan hal tersebut untuk menambah penghasilannya. Meskipun
pekerjaannya sangat berat dan melelahkan, Eny selalu tersenyum untuk
meringankan beban yang rasakan selama ini. Baginya, semua itu layak demi masa
depan anak semata wayangnya, yakni Hilmy.
Eny
bekerja menjadi TKW di negari orang sejak sanga Hilmy berumuur 12 bulan. Di
saat itu juga Eny memulai perjuangannya untuk menghidupi putri dan keluarganya.
Sementara Hilmy yang masih kecil di rawat oleh kakek dan neneknya. Eny menjadi
tulang punggung keluarga dimana hal tersebut tidak mudah bagi seorang
perempuan, namun Eny tetap semangat dan tidak mudah putus asa. Eny pulang ke kampung
halamannya hanya 1 kali dalam tiga tahun. Itupun hanya 3 minggu saja Ia cuti
untuk melepas rindu bersama orang-orang tercinta di kampung halamannya. Namun
hal tersebut sudah cukup untuk mengobati rasa rindu terhadap putri dan
keluarganya.
Hilmy
adalah seorang gadis yang cerdas dan berbakat. Dia selalu mendapatkan nilai
tertinggi di sekolahnya dan bercita-cita menjadi seorang Polisi wanita (polwan).
Eny sangat mendukung impian putri semata wayangnya. Eny pun menyadari bahwa
untuk mewujudkan mimpi putri semata wayangnya itu, Hilmy harus melanjutkan
pendidikannya ke Akademi Kepolisian (Akpol) dan itu membutuhkan biaya yang
tidak sedikit.
Untuk
itu, Eny harus bekerja lebih keras. Meskipun terkadang Eny merasa letih akan pekerjaanya,
namun Eny tidak menyerah begitu saja. Ia tahu jika dirinya harus kuat demi masa
depan dan mewujudkan cita-cita putri semata wayangnya. Ia rela bekerja banting
tulang di negara orang hanya untuk masa depan putrinya.
Suatu
hari, Eny jatuh sakit. Ia terlalu lelah dan tubuhnya tidak kuat lagi menahan
rasa sakit yang Ia alami. Hilmy sangat khawatir dengan keadaan ibunya, karena
disaat ibunya sakit Ia hanya bisa menyemanggati dari jauh dan hanya bisa
mendoakan agar ibunya yang sedang bekerja jauh di negeri seberang selalu
diberikan kesehatan, kekuatan, dan dilancarkan rejekinya. Hilmy pun merasa
bersalah karena ibunya harus bekerja keras demi mewujudkan mimpinya. Namun, Eny
hanya tersenyum.
Hilmy
pun menghubungi ibunya untuk memberikan semangat, agar ibunya terus kuat untuk
menjalani hidup ini.
"Ibu,
Anda harus istirahat. Anda bekerja terlalu keras." Pinta Hilmy.
"Ini
adalah perjuangan, Nak. Saya akan melakukan apa saja untuk kebahagian
orang-orang yang ibu sayangi." Jawab Eny.
Eny
akhirnya pun sembuh dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dalam relung
hati, Hilmy merasa bersalah dan bertanggung jawab atas perjuangan ibunya selama
ini. Untuk membalas rasa sakit yang di rasakan ibunya ketika berjuang demi
mewujudkan cita-citanya, Hilmy harus belajar dengan giat agar kelak Ia dapat
menjadi abdi negara yang dapat membanggakan ibunya yang rela bekerja
mati-matian untuk dirinya.
*******
Waktu
akhirnya berlalu begitu cepatnya. Setelah beberapa tahun berjuang, akhirnya
impian Hilmy pun menjadi kenyataan. Ia akhirnya diterima di Akademi Kepolisian (Akpol),
tempat yang Ia impikan untuk mewujudkan mimpinya sejak kecil.
Dengan
rasa bangga, Hilmy pun menelpon ibunya untuk mengabari kabar bahagia ini, agar Ibunya
juga merasa bangga dan bahagia di seberang sana.
"Asslamu’alaikum
Bu… bagamana kabarnya? Ibu, Alhamdulillah saya diterima di Akademi Kepolisian,
itu semua berkat do’a dan perjuangan ibu". Ujar Hilmy dengan rasa bangga
dan terharu.
"Alhamdulillah,
Nak! Ibu sangat bangga padamu. Semua perjuangan kita tidak sia-sia, akhirnya
kamu bisa menjadi kebanggaan keluarga, seperti yang selama ini Ibu cita-citakan.”
Jawab Eny menahan tangis dan bangga kepada anaknya.
"Terima
kasih, Ibu. Ini semua berkat perjuanganmu.” Sambung Hilmy.
"Saya
akan selalu berjuang untukmu, Nak. Saya mencintaimu." Jawab Eny singkat.
Mereka
pun tak mampu menahan rasa tangis bahagianya. Semua perjuangannya tidak
sia-sia. Karena dulu Eny bercita-cita menjadi polwan namun karena perekonomian
keluarganya tidak mencukupi akhirnya cita-cita Eny pun hanya sebatas angan.
Namun sekarang Eny sudah bahagia walaupun Ia tidak bisa mewujudkan cita-citanya
sekarang cita-cita tersebut sudah di capai oleh putrinya semata wayangnya.
Meskipun
mereka tak bisa menatap satu sama lain, namun jarak tak dapat menjadi pemisah kedekatan
antara ibu dan anak. Kehangatan dan tali kasih mereka mampu meruntuhkan jarak
yang menjadi tembok penghalang.
SEKIAN
Tidak ada komentar: