PERJUANGAN SEORANG IBU UNTUK PUTRINYA

Selasa, Januari 09, 2024

 PERJUANGAN SEORANG IBU UNTUK PUTRINYA

Oleh : Keyza Hesti Aprillia

 


Di sebuah desa kecil yang terletak di kabupaten Sragen, hiduplah seorang ibu bernama Eny bersama putrinya, Hilmy. Mereka hidup dalam keadaan yang sederhana, namun Eny selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Hilmy.

Eny adalah seorang janda yang di tinggalkan oleh suaminya saat putrinya masih kecil. Eny bekerja sebagai pahlawan devisa di negari orang atau yang biasa akrab disebut tenaga kerja wanita (TKW). Setiap hari, Ia bekerja hingga larut malam, membersihkan seluruh ruangan, entah itu mencuci pakaian majikannya, memasak, merawat hewan peliharaan majikannya, bahkan terkadang Eny juga menambah kerjaan di rumah orang-orang tertentu seperti di rumah teman majikannya. Eny melakukan hal tersebut untuk menambah penghasilannya. Meskipun pekerjaannya sangat berat dan melelahkan, Eny selalu tersenyum untuk meringankan beban yang rasakan selama ini. Baginya, semua itu layak demi masa depan anak semata wayangnya, yakni Hilmy.

 

Eny bekerja menjadi TKW di negari orang sejak sanga Hilmy berumuur 12 bulan. Di saat itu juga Eny memulai perjuangannya untuk menghidupi putri dan keluarganya. Sementara Hilmy yang masih kecil di rawat oleh kakek dan neneknya. Eny menjadi tulang punggung keluarga dimana hal tersebut tidak mudah bagi seorang perempuan, namun Eny tetap semangat dan tidak mudah putus asa. Eny pulang ke kampung halamannya hanya 1 kali dalam tiga tahun. Itupun hanya 3 minggu saja Ia cuti untuk melepas rindu bersama orang-orang tercinta di kampung halamannya. Namun hal tersebut sudah cukup untuk mengobati rasa rindu terhadap putri dan keluarganya.

 

Hilmy adalah seorang gadis yang cerdas dan berbakat. Dia selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya dan bercita-cita menjadi seorang Polisi wanita (polwan). Eny sangat mendukung impian putri semata wayangnya. Eny pun menyadari bahwa untuk mewujudkan mimpi putri semata wayangnya itu, Hilmy harus melanjutkan pendidikannya ke Akademi Kepolisian (Akpol) dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

 

Untuk itu, Eny harus bekerja lebih keras. Meskipun terkadang Eny merasa letih akan pekerjaanya, namun Eny tidak menyerah begitu saja. Ia tahu jika dirinya harus kuat demi masa depan dan mewujudkan cita-cita putri semata wayangnya. Ia rela bekerja banting tulang di negara orang hanya untuk masa depan putrinya.

 

Suatu hari, Eny jatuh sakit. Ia terlalu lelah dan tubuhnya tidak kuat lagi menahan rasa sakit yang Ia alami. Hilmy sangat khawatir dengan keadaan ibunya, karena disaat ibunya sakit Ia hanya bisa menyemanggati dari jauh dan hanya bisa mendoakan agar ibunya yang sedang bekerja jauh di negeri seberang selalu diberikan kesehatan, kekuatan, dan dilancarkan rejekinya. Hilmy pun merasa bersalah karena ibunya harus bekerja keras demi mewujudkan mimpinya. Namun, Eny hanya tersenyum.

Hilmy pun menghubungi ibunya untuk memberikan semangat, agar ibunya terus kuat untuk menjalani hidup ini.

"Ibu, Anda harus istirahat. Anda bekerja terlalu keras." Pinta Hilmy.

"Ini adalah perjuangan, Nak. Saya akan melakukan apa saja untuk kebahagian orang-orang yang ibu sayangi." Jawab Eny.

 

Eny akhirnya pun sembuh dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dalam relung hati, Hilmy merasa bersalah dan bertanggung jawab atas perjuangan ibunya selama ini. Untuk membalas rasa sakit yang di rasakan ibunya ketika berjuang demi mewujudkan cita-citanya, Hilmy harus belajar dengan giat agar kelak Ia dapat menjadi abdi negara yang dapat membanggakan ibunya yang rela bekerja mati-matian untuk dirinya.

*******

 

Waktu akhirnya berlalu begitu cepatnya. Setelah beberapa tahun berjuang, akhirnya impian Hilmy pun menjadi kenyataan. Ia akhirnya diterima di Akademi Kepolisian (Akpol), tempat yang Ia impikan untuk mewujudkan mimpinya sejak kecil.

Dengan rasa bangga, Hilmy pun menelpon ibunya untuk mengabari kabar bahagia ini, agar Ibunya juga merasa bangga dan bahagia di seberang sana.

 

"Asslamu’alaikum Bu… bagamana kabarnya? Ibu, Alhamdulillah saya diterima di Akademi Kepolisian, itu semua berkat do’a dan perjuangan ibu". Ujar Hilmy dengan rasa bangga dan terharu.

"Alhamdulillah, Nak! Ibu sangat bangga padamu. Semua perjuangan kita tidak sia-sia, akhirnya kamu bisa menjadi kebanggaan keluarga, seperti yang selama ini Ibu cita-citakan.” Jawab Eny menahan tangis dan bangga kepada anaknya.

"Terima kasih, Ibu. Ini semua berkat perjuanganmu.” Sambung Hilmy.

"Saya akan selalu berjuang untukmu, Nak. Saya mencintaimu." Jawab Eny singkat.

Mereka pun tak mampu menahan rasa tangis bahagianya. Semua perjuangannya tidak sia-sia. Karena dulu Eny bercita-cita menjadi polwan namun karena perekonomian keluarganya tidak mencukupi akhirnya cita-cita Eny pun hanya sebatas angan. Namun sekarang Eny sudah bahagia walaupun Ia tidak bisa mewujudkan cita-citanya sekarang cita-cita tersebut sudah di capai oleh putrinya semata wayangnya.

Meskipun mereka tak bisa menatap satu sama lain, namun jarak tak dapat menjadi pemisah kedekatan antara ibu dan anak. Kehangatan dan tali kasih mereka mampu meruntuhkan jarak yang menjadi tembok penghalang.

 

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.