KASIH SAYANG TANPA BATAS
KASIH SAYANG TANPA BATAS
Oleh : Adik Irma Nuraini
Ketika
dunia menghakimimu, ketika hidupmu hancur, ketika semua manusia tidak ada yang
peduli padamu, percayalah ada satu wanita hebat yang selalu ada disisimu apapun
keadaanmu, yang mau menerima semua kekurangan dan kesalahan. Jika dia sudah
tiada di dunia ini, do’anya tetap mengalir di hidupmu. Dia adalah ibu. Ibu
adalah kunci syurga.
Di
desa di lereng gunung merapi, ada gubuk reyot yang di tinggali oleh seorang
wanita paruh baya yang bernama Mbah Sarmi. Ia memiliki 1 anak perempuan. 10
tahun yang lalu Mbah Sarmi yang masih berusia 45 tahun masih bersama anak dan
suaminya. Anaknya bernama Diana dan suaminya bernama Siman. Diana seorang
wanita cantik dan tubuhnya pun bagus, tetapi Diana sangatlah pemalas. Mbah
Sarmi bekerja sebagai petani yang mengharap lahan orang lain, begitupun
suaminya. Anak gadisnya sangatlah nakal, semua kemauannya harus di turuti, jika
tidak Ia akan mengamuk, dan melempar semua barang yang ada di sekitarnya.
"Ya
Allah, berikanlah ketabahan pada hatiku, berikanlah hidayah kepada anakku,
berikanlah Ia kesuksesan ya Allah, supaya hidupnya tidak menderita seperti
aku". Doa Mbah Sarmi setiap selesai sholat.
Ketika
matahari mulai memancarkan cahayanya dari ujung timur, Mbah Sarmi dan Mbah
siman sudah berada di ladang jagung milik pak sarman. Biasanya Ia hanya
mendapatkan 20 sampai 30 ribu sehari. Untuk makan saja sangat pas-pasan. Mbah
Sarmi sering ngutang di warung Bu Endang.
"Oalah
mbok-mbok kerjo Soko awan teko sore mung entuk semene tokkkk..." Tutur
anaknya.
"Sepurane
ya ndukk, mbok e mung iso ngewehi koe semene nduk," Kata mbah Sarmi.
"Halahh...semene
ki po yo cukup kanggo tuku bedak ku to mbokk.. Aku ki yo bosen mbendino mangan
serapah Karo telo." Kata anaknya sambil berteriak.
"Sabar
yo ndukkk... wong tuomu ki wong Ora ndue..." ucap Mbah Siman.
Mbah
Sarmi hanya bisa diam dan menangis. "Nangiss tok isomu mbok-mbokkk"
lanjut anaknya.
Setiap
selesai sholat Mbah Sarmi berdoa sambil menangis supaya anaknya sukses dan bisa
membeli semua barang yang di inginkannya. Setiap hari Mbah Sarmi lah yang
mencuci baju anak gadisnya. Anaknya hanya bersolek setiap hari. Suatu hari ada
seorang lelaki tampan dan kaya raya ingin melamar Diana, karena Diana sangatlah
cantik.
"Sampean
niku Wong wadon ayu, parasmu seng ayu ngawe atiku luluh cah ayuu, nopo... purun
sampean rabi kalih kula nduk cah ayu" kata pemuda tersebut.
"Nggeh
kang mas...kula purun" ucap Diana.
Mbah
Sarmi dan Mbah siman pun menyetujuinya, mereka ingin anaknya hidup enak.
Setelah satu Minggu setelah melamar anak gadis Mbah Sarmi, pemuda tampan
tersebut menikahi Diana.
Setelah
ijab qobul selesai, Diana diminta untuk tinggal bersama suaminya. "Pak... mbok...
kula Ajeng mbeto Diana teng kota, nopo angsal??" Kata pemuda yang kini
suaminya Diana.
"Enggeh
lee...seng ngati-ati yo lee...jogo Diana" ucap Mbah siman.
Mbah
Sarmi dan Mbah siman merelakan anak gadisnya di bawa suaminya. Ketika
bersalaman "mugo-mugo uripmu Mulyo neng Kono ya nduk" dalam hati Mbah
Sarmi menahan tangisnya.
Beberapa
bulan setelah anaknya pergi, Mbah siman wafat, karena serangan jantung. Mbah
siman wafat ketika di ladang. Mbah Sarmi sangat syok ketika mendengar kabar
dari tetangga di sebrang desanya. Mbah Sarmi kini tinggal sendiri di gubuk
tersebut. Mbah Sarmi semakin kurus.
"Ya
Allah, berikanlah ketabahan kepada hatiku, keikhlasan kepada hatiku,
keselamatan kepada anakku." Doa Mbah Sarmi.
10
tahun berlalu, Mbah Sarmi tidak mendapatkan kabar dari anak gadisnya sama
sekali. Tetapi Mbah Sarmi selalu berdoa supaya anaknya di sana baik-baik saja.
Mbah Sarmi selalu menangis, ketika teringat anaknya. Ia sangat kangen kepada
anaknya, walaupun anaknya sangat kualat kepadanya. Mbah Sarmi kini semakin tua,
jalannya pun sudah tidak tegak lagi. Ia harus membawa tongkat ketika berjalan.
Diana
kini memiliki 2 anak, 1 perempuan dan 1 laki-laki. Diana disana hanya
menghambur-hamburkan harta suaminya, Dia hanya bisa bersolek, tidak bisa
memasak dan bermalas-malasan. Suami Diana sangatlah kecewa.
"Dekk...kamu
ini mbok belajar masak, Kabeh alat bahan yo enek neng dapur" ucap suami Diana.
"Alah-alah
masss...aku Ki kesel, Eman-eman kuku ku nek rusak".ucap Diana.
Suami
Diana menampar Diana karena dia selalu membantah ketika di nasehati. Karena hal
itulah Diana teringat ibunya. Ia ingin pulang kerumah ibunya, tetapi ia takut
kalau ibunya menolak karena Ia sudah bertahun-tahun tidak memberi kabar. Dengan
ragu-ragu Diana pulang kerumahnya yang dulu. Rumah yang dulu kokoh sekarang
reyot tak terawat. "(Tok..tok..tokk..) mbokkk.”
Diana
mengetuk pintu rumah. Mbah Sarmi yang selesai sholat segera menghampiri Pitu
tersebut, ketika Mbah Sarmi membuka pintu, ia heran ketika melihat gadis cantik
yang membawa anaknya di depan pintu. Mbah Sarmi tidak mengenali anak gadisnya.
"Kulo
Diana mbokk... anak e simbokk" tutur Diana sambil menahan tangisnya.
Seketika mbah Sarmi memeluk Diana.
"Pak
e mana mbok??" Tanya Diana.
"Pakmu
wes Sedo ndukk" kata simbok sambil menangis.
Diana
menangis tersedu-sedu. Lalu Diana datang ke makan Mbah siman. Diana mendoakan
dan meminta maaf atas semua perbuatannya.
"Pakkkk...ngapunten
nggeh pakk, Diana salah pakk...Diana nyesel pakk.. ngapunten nggeh pakk"
kata Diana sambil memeluk makam Mbah siman.
Setelah
beberapa hari dirumah Mbah Sarmi, diana di cari suaminya. Diana disuruh pulang
kerumah suaminya.
"Dekk...sampean
teng pundi??maafin mas nggeh dekk." Ucap suaminya di dalam telefon. Diana
menangis.
"Ngopo
ndukk??" Tanya Mbah Sarmi.
"Aku
wingi bar di kaplok kalih mas Andra mbok." kata Diana.
"Lha
koe salah opo nduk??" Ucap Mbah Sarmi.
"Kula
mboten saget nopo-nopo mbok, mboten saget masak..."kata Diana.
"Simbok
bakal ngajari koe nduk...purun mboten??" Kata Mbah Sarmi.
"Purun
mbok..." Kata Diana.
Setelah
2 hari berlalu Diana kini sudah mulai bisa memasak. Ketika sedang memasak ada
yang mengetuk pintu di luar.
(Tok...tok..tok...)
"sinten????" Ucap Diana sambil memasak.
"Dekk...Niki
mass" ucap suami Diana yang ingin menjemput Diana.
"Mlebet
mass..." Ucap Diana.
Suami
Diana kaget dan terharu ketika diana mau belajar memasak.
"Mass...mang
cicipi Niki" kata Diana kepada suaminya.
(Srupp)
"uwenakk dekk", kata suami Diana.
"Aku
mrene Iki arep njemput sampean dek, kang mas minta maaf sampun kasar kalih
sampean" kata suami Diana.
"Tapi
mass..." Kata Diana.
"Tapi
Nopo dek?" Sahut suaminya.
"Simbok
sakniki Urip piambakan...pake nggeh sampun Sedo,kula mboten Tego mas" kata
Diana.
"Simbok
bakal tak Jak e teng mriko dek, mengko ben enten seng ngrumat simbok."
"Enggeh
mas...nunggu simbok wangsul saking saben". Kata Diana.
Sekarang
Diana merawat Mbah Sarmi dengan tulus.
Setelah
beberapa tahun di kota, Mbah Sarmi meninggal dunia karena usianya. Hati Diana
sangat terpukul, Ia masih menyesal, karena belum bisa membahagiakan ibunya, dia
masih merasa belum cukup untuk memmbalas jasa-jasa ibunya. Diana kini menjadi
manusia yang baik hati.
Apapun
keadaan kita, Ibulah yang mau menerima kita apa adanya. Ibumu tidak akan pernah
menolakmu Sayangilah ibumu sebelum ia tiada. Karena ibumu adalah kunci
syurgamu. Jangan sekali-kali membantah orang tuamu, jangan bosan-bosan membantu
orang tuamu. Sebelum semua itu terlambat.
SELESAI
Tidak ada komentar: