TEMPAT BERTEDUH YANG INDAH
TEMPAT BERTEDUH YANG INDAH
Penulis : As Sifa Asfi Indika
Namaku Dennis, Aku lahir dari keluarga yang
cukup, bukan berkecukupan, kira-kira kalian tahu gak kenapa Aku bilang seperti
itu? Karena ketika Aku membutuhkan sesuatu kepada orang tua ku harus bekerja
keras dulu untuk dapat memenuhi kebutuhan ku itu, bukan seperti anak
berkecukupan lainnya yang minta langsung ada tanpa harus berusaha keras untuk
mendapatkannya. Meskipun nasibku seperti itu, semua Aku syukuri karena Aku
masih mempunyai keluarga yang selalu menemaniku.
Di dalam keluargaku, Aku bukanlah anak
tungal. Aku masih memiliki kakak laki laki, yang bernama Zaki. Ya,,,.. mungkin
sudah sewajarnya ketika ada dua bersaudara pasti ada yang rese, suka mengganggu. Itu lah sikap kakakku kepada ku, walaupun
kadang Aku juga seperti itu. Akan tetapi disetiap perdramaan antar saudara terjadi
pasti ada salah satu orang tua yang membela, ya, orang tua itu bukan lain
adalah ibuku. Ibuku bernama Turni, banyak yang mengira ibuku ini adalah orang
tua yang galak, karena raut mukanya, akan tetapi sebenarnya ibuku itu memiliki
pribadi yang baik. Walaupun pernah marah juga sih, Ketika anaknya melakukan
sesuatu yang salah. Tetapi apapun itu ibukulah yang paling is the best.
Aku juga memiliki
seorang ayah yang baik, karena
ibuku sudah banyak bicara, ayahku memiliki sifat yang pendiam tidak mau banyak memberikan
komentar. Begitulah keluargaku yang mempunyai karakter yang berbeda, namun
saling melengkapi satu sama lain yang membuatku merasa bangga memiliki mereka.
****
Ketika Aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah
Atas, ada sebuah pembukaan pemilihan PASKIBRAKA atau pasukan pengibar bendera
pusaka tingkat Kabupaten, Aku ingin sekali mengikuti itu, Ketika Aku di rumah
dan pada saat keluargaku sedang berkumpul, Aku pun mendekati Ibuku untuk
bercerita sekaligus meminta pendapatnya.
“Bu, kalau semisal aku ikut seleksi PASKIBRA
KABUPATEN gimana?” Tanyaku pada ibuku yang sedang kaget tiba tiba aku bertanya
seperti itu.
“Ya kalau
kamu memang mau dan minat lakukan aja itu semua, Ibu hanya bisa mendukung do’a Nak”.
Jawab Ibuku pasrah menentukan pilihan anaknya.
Aku lebih memilih bercerita dan minta
pendapat kepada ibuku karena ibuku lah yang mau mendengarkan semua keluh kesah
anaknya, sekalipun Dia sedang letih sehabis bekerja dan banyak pikiran
kebutuhan bulanan rumah tangga.
****
Pagi pun tiba, ini saatnya aku mengikuti
seleksi PASKIBRAKA Kabupaten, tempat seleksi itu bukan di sekolah tapi di Stadion.
Pesertanya pun sangat banyak dan mereka antusias untuk mengikuti seleksi ini,
persyaratannya sangat banyak dan benar-benar pengalaman yang luar biasa dalam
hidupku. Terlebih lagi seleksinya pun sangat objektif dan Aku pun tetap percaya
diri dengan kemampuan yang ku miliki saat ini.
Seleksinya dimulai dengan administrasi, sebelum
berangkat Aku pun mengecek semua kelengkapan berkas-berkas yang harus dibawa. Setelah
ku rasa lengkap Aku pun langsung bergegas ke tempat seleksi. Di sana sudah
banyak anak se usia ku yang mendaftar juga.
Setelah seleksi awal selesai, Aku pun
bergegas pulang. Aku tidak Kembali ke sekolah karena sudah mendapatkan surat dispensasi
dari sekolah untuk langsung pulang. Setelah sampai di rumah hati ku pun sangat
tidak karuan untuk menunggu hasil seleksi pertama ini, karena ini lah jalan
awalku untuk melanjutkan seleksi berikutnya. Ketika aku sampai rumah, ternyata rumahku
kosong karena Ayah dan Ibuku masih bekerja di ladang. Ketika senja mulai
terlihat kedua orang tuaku baru pulang dari ladang. Seperti biasa ketika waktu
malam tiba, aku dan keluarga ku sedang berkumpul untuk bercerita cerita,
kemudian ibuku bertanya kepadaku
“Gimana Nak tadi seleksinya? lancar?”
”Alhamdulillah
Bu, lancar, tadi juga banyak teman teman se umuran ku yang mendaftar juga.” Jawabku.
”Hasilnya sudah keluar belum nak?” tanya
ibuku lagi.
”Belum Bu do’akan saja supaya Aku bisa
lolos seleksi awal ini,” pintaku memohon doa Ibu.
****
Pada paginya aku mendapat kabar bahwa hasil
seleksi pertama akan diumumkan lewat website pemerintah kabupaten, Aku dan
keluargaku pun tak sabar melihat hasil seleksinya, mungkin ini lah pertama kali
anak seorang petani yang sedang berjuang untuk dapat membanggakan kedua orang
tua nya. Di saat ini orang tua dan keluargaku terutama Ibuku selalu
menyemangati, ibuku juga menasehati ku agar tidak terlalu berharap, supaya
nanti kalau hasilnya tidak sesuai harapan tidak terlalu kecewa. Dan hasilnya, Alhamdulillah Aku lolos seleksi tahap
awal ini, disitulah Aku dan keluargaku sangat senang sekali dan sangat
bersyukur kepada Allah SWT. Hal pertama yang Aku lakukan setelah membaca
pengumuman itu ialah aku memeluk dan mencium Ibuku karena beliaulah yang selalu
menyemangati dan menasehatiku.
Setelah seleksi tahap awal ini selesai Aku pun
masih harus melanjutkan perjalananku yang selanjutnya, karena perjalanan ku
masih sangat panjang untuk dapat sampai di garis akhir untuk mendapat gelar
kebanggaan yang ku impikan yaitu pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibra)
tingkat Kabupaten.
Seleksi yang dilakukan oleh panitai sangat
banyak, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Namun bagiku itu semua terasa
ringan karena dibalik itu semua ada semangat, dukungan dan do’a dari Ibuku dan
keluarga yang tak kenal henti menyemangati diriku supaya tetap semangat. Aku
harus finish di garis akhir karena ada keluarga yang harus Aku banggakan dan Aku
angkat tinggi derajatnya. Ibuku tiada kata bosan untuk terus menasehatiku, yang
paling Aku ingat sampai saat ini adalah “Nak, Ibu tidak menuntutmu menjadi anak
yang berprestasi, tapi ibu hanya minta kamu untuk menjadi anak yang baik budi
pekertinya”. Kata kata itu lah yang saat
ini menjadi motivasi hidupku dan pemacu semangatku untuk terus berjuang sampai
berhasil.
Setelah semua syarat seleksi selesai, Aku pun
masih harus melakukan latihan rutin terlebih dahulu kalau nanti lolos dalam penentuan
akhir. Penentuan akhir ini hanya diambil tujuh puluh empat anak saja. Hasilnya
pun akhirnya diumumkan, dan jantungku terasa deg deg an karena ini lah salah satu jalan ku untuk dapat
membahagiakan orang tua ku. Aku tidak tahu kalau seandainya Aku tidak lolos
apakah Aku akan masih semangat untuk menatap masa depan?
Setelah menunggu cukup lama dengan ditambah
rasa yang tak karuan, setelah panitia merilis nama-nama peserta yang lolos dan
disitu tertulis dengan jelas “SELAMAT ANDA LULUS SELEKSI”, seketika itu hati bercampur aduk, senang,
terharu, bahagia, dan berjuta rasa yang tak bisa ku tuliskan disini. Pokoknya
semuanya lah tidak bisa di ungkapkan dalam kata-kata, begitu juga dengan Ibu dan
keluargaku begitu senang dan syukur atas keberhasilan ku ini.
Seperti yang Aku katakan sebelumnya,
setelah hasilnya keluar dan akhirnya lolos, Aku pun harus mengikuti pelatihan
dan pembinaan fisik di tempat yang akan di jadikan untuk pelaksanaan upacara
HUT RI pada 17Agustus mendatang. Latihanku kali ini berjalan selama satu bulan
lebih. Jika di hitung dari awal seleksi sampai akhir latihan mungkin kurang
lebih memakan waktu hingga empat bulan. Meskipun terlihat lama akan tetapi
semua itu Aku lakukan dengan senang hati. Bagaimana tidak senang, seorang anak
petani di desa bisa menjadi salah satu pengibar bendera pusaka di tingkat
Kabupaten bagiku merupakan prestasi yang sangat membanggakan bagi keluargaku. Awal
latihanku di mulai dengan pembinaan fisik dan mental. Mungkin baru awal latihan,
fisikku pun masih belum kuat dan aku pun jatuh pingsan. Namun ternyata juga
tidak hanya Aku saja yang jatuh pingsan pada hari pertama latihan, ada banyak
juga teman seperjuanganku yang pingsan juga. Hari kedua dan seterusnya akhirnya
Aku kuat untuk menjalani Latihan.
Singkat cerita setelah sebulan lebih Aku
latihan, akhirnya pun datang tanggal yang di nantikan, yaitu tanggal 17 Agustus.
Satu hari sebelum pengibaran ternyata ada undangan untuk orang tua datang ke lokasi
upacara agar dapat melihat putra putrinya mengibarkan sang merah putih di depan
kepala daerah (Bupati). Aku sebenarnya ingin sekali Ibuku yang datang karena
dari awal sampai saat ini, Ibukulah yang selalu medukung dan menyemangatiku
untuk dapat terus semangat, akan tapi karena Ibuku tidak bisa mengenderai motor
sendiri, akhirnya di gantikan oleh Ayahku. Aku bukannya tidak senang, namun
karena aku lebih dekat dengan Ibuku, maka akan lain cerita dan rasa bangga ini
jika Ibuku dapat melihatku secara langsung anaknya dapat mewujudkan mimpinya.
Setelah selesai mengibarkan dan menurunkan
sang merah putih, Aku dan teman-temanku serta semua pelatih berpamitan dan
saling memberi kesan dan pesan selama latihan. Akhirnya pun kita harus Kembali
ke sekolah masing-masing karena Latihan telah usai. Cerita ini pun suatu saat
nanti akan ku tunjukkan kepada anak dan cucuku kelak, bahwa Aku yang merupakan
anak seorang petani mampu bersaing meraih mimpi demi mengangkat kehormatan
keluarga. Harapan saya semoga kisah ini akan terus berlanjut untuk mewujudkan
mimpi-mimpi lainnya di kemudian hari.
SELESAI
Tidak ada komentar: