Februari Mari Bernyanyi

Senin, Mei 06, 2024

 Februari Mari Bernyanyi : Literasi Musik


Literasi musik adalah semua sumber informasi musik yang tertulis atau yang dituliskan, bisa berupa sejarah, teori, riwayat biografi tokoh, kamus, ensiklopedi, notasi musik, dan lain sebagainya.

Hal ini disampaikan oleh Musikus dan Komponis Indonesia, Purwacaraka dalam acara Seminar Nasional dan Workshop bersama Purwacaraka di Teater Tertutup Mursal Esten Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP), Sabtu (2/11).

Literasi di dalam musik, kata Purwacaraka, terkait dengan bagaimana cara menuliskan desain aransemen menjadi sebuah tulisan yang terstruktur yang bisa disimpan file-nya, bisa dibuka kapan saja, dengan format yang tidak perlu diingat-ingat.

"Mungkin situasinya hampir sama literasinya dengan sastra, hanya saja di sastra yang literer dan ditulis," sebut Purwacaraka.

Terkait literasi ini, Purwacaraka menjelaskan bahwa kegiatan menulis segala informasi musik belum menjadi kebiasaan di Indonesia.

"Saya pernah menemukan satu literatur di perpustakaan University Library pada tahun 1985 mengenai keroncong yang ditulis oleh peneliti Amerika. Mudah-mudahan tahun 2020 penelitinya bukan masih orang Amerika, kitalah yang harus melakukan penelitian mengenai kebudayaan kita sendiri," tegas Purwacaraka.

Hanya ada dua cara mempersembahkan musik kepada khalayak ramai, sebut Purwacaraka, yaitu audio dan tulisan, atau bisa keduanya sekaligus. "Ada plus minus dari keduanya. Kalau tulisan kadang tidak terdengar bunyinya, harus dibunyikan dulu, yang audio, kalau mau ditransfer oleh orang lain, harus dituliskan terlebih dulu," jelasnya.

Selain itu, Purwacaraka juga menjelaskan bahwa masih begitu sedikit pencipta dan pecinta musik tanah air yang rajin membaca literatur musik sehingga berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. "Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, belum terjalinnya hubungan yang baik antara masyarakat Indonesia dengan literasi," tuturnya.

Pemahaman dan pemaknaan yang mumpuni terhadap bunyi, lanjut Purwacaraka, akan selalu dibutuhkan untuk iklim musik yang ideal. "Meski begitu penting, namun literasi musik perlu leih banyak diperhatikan dan dikembangkan lagi," terangnya.

Lebih lanjut, Purawacaraka menyebutkan jika suatu adegan sudah kuat, tidak perlu diberi musik lagi. Kalau adegan memerlukan musik, antara musik dan bunyi harus diselaraskan. "Beda antara yang dikasih musik dengan yang tidak, nilai penting dan tidak pentingnya jadi berbeda," ujarnya.


Rekomendasi Literasi Musik, silahkan klik tombol di bawah ini:



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.